spot_img
Selasa, April 30, 2024
spot_img

Jin Lesbi Membuatku Menjadi Lesbian!

Perjuangan Meraih Taubat

Tahun 2002 lalu, kesempatan itu datang sejak saya bertemu dengan Mbak Rabi’ah, seorang gadis muda berjilbab yang masih tetangga saya. Usianya tidak terpaut terlalu jauh dari saya. “Mbak saya mau taubat. Saya mau diajarin ngaji,” kata saya serius. Dari rona wajahnya, nampak sekali ia agak terkejut mendengarnya. Kemudian dengan gembira ia menyuruh saya datang ke tempat pengajiannya.

- Advertisement -

Dag dig dug. Jantung saya berdetak lebih kencang, ketika saya melangkahkan kaki ke tempat pengajian. Hati pun berdebar-debar. “Itu adalah perasaan yang wajar,” pikir saya, setelah bertahun-tahun terjerumus di lembah hitam. Dengan bercelana jins, kaos ketat dan tas ransel menggantung di punggung serta jilbab yang masih tersimpan dalam tas, saya berdiri di pintu mengucap salam. Teman-teman saya yang baru itu sampai terbengong melihat saya. Dipandangi seperti itu saya jadi gemeteran. Saya malu.

Semenjak tahun 2000 itu, saya memang berhasil melepaskan diri dari jeratan narkoba dan tidak lagi melakukan hubungan intim dengan wanita layaknya seorang lesbian. Namun, ada beberapa hal yang membuat saya keheranan.  Mengapa setiap kali berangkat mengaji ada perasaan berat. Kaki ini seakan tidak mau melangkah. Hati merasa tidak nyaman. Buat menghafal juga terkesan sulit. Hal itu saya konsultasikan ke mbak Rabi’ah. “Kalau ingin sembuh. Allah pasti menolong kita,” nasehat mbak Rabi’ah menguatkan langkah yang saya tempuh.

- Advertisement -

Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tak terasa sudah satu tahun saya aktif di pengajian. Namun, secara tak terduga masih ada sebersit sifat lesbi. Saya tertarik dengan seorang wanita, namanya Tini. Terjadilah pergolakan batin yang hebat dalam diri saya. “Kok ada perasaan beda. Saya sepertinya cemburu kalau dia dekat dengan yang lain,” pikir saya. Parahnya, pernah ada keinginan untuk menggauli Tini. Hati saya tidak tenang dan gelisah hingga pagi. Saya coba memadamkannya dengan berwudhu, agar syaraf menjadi kendor kembali. “Dia itu teman saya. Saya sudah begini, saya tidak mau lagi seperti dulu,” saya mencoba membuang perasaan itu. “Percuma saya pakai jilbab, kalau saya kembali seperti dulu. Dan setiap orang yang memakai jilbab akan terkena getahnya,” pergolakan batin itu terus berlanjut.

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini