spot_img
Minggu, April 28, 2024
spot_img

Masih Saktikah Pancasila sebagai Sumber Hukum, Kok Tunduk kepada Piagam PBB

Pancasila hanya untuk komersialisasi, diantaranya sebagai guiden Gereja, joget-joget dengan biduan, hingga membubarkan persekusi pengajian, operator eksekusi acara para ulama, kyai dan para ustad yang kekeh patuh kepada syariat islam dan sekaligus juga hormati Pancasila atau setidak-tidaknya tidak memusuhi serta tidak membenci Pancasila.

Tidak apriori, sesuai realitas nampak secara nyata dan fakta kelompok – kelompok yang menyatakan mereka Pancasilais sejati dan Pancasila harga mati, praktiknya membakar bendera tauhid, mendukung partai sekuler yang mau menjadikan pancasila menjadi Ekasila, dan sudah keluar sounding dari tokoh mereka sebagai manifestasi kelompok pecinta pancasila sebagai mazhab PBB – iyyah yang juga sebagai perwujudan atau kebulatan tekad politik atau ideologis mereka melalui statemen keras ” NU – PDIP bukan sekedar partner, tapi NU adalah senyawa dengan PDIP ”

- Advertisement -

Pancasila yang memiliki 5 (lima)  sila, yang setiap sila mengandung kebaikan, bahkan tepatnya budi luhur pada pecintanya jika benar dilakukan, serta sulit mencari perselisihannya oleh kelompok golongan pembenci yang provokatif sekaligus munafikun , karena tentunya jika mau menggunakan sila – sila pada Pancasila ealau cukup sebuah landasan untuk pelaksanaan serta dipraktikkan para Pancasilaisme, tidak perlu sampai bersemboyan Pamcasila harga mati, karena semboyan ” doangan ” praktiknya sekedar slogan  Pancasila harga mati ” doangan ” , faktanya koq  melahirkan eka sila, refresentasi yang kontradiktif dengan asas Ketuhanan yang Maha Esa, anomali kepada tekad kesatuan dan persatuan realitanya enggan bermusyawarah, anti terhadap yang beda pendapat, yang berkuasa punya himbauan melawan wibawa dan rendahkan hukum melalui kehendak obstruksi terhadap OTT kepada para pencoleng uang negara, justru bersahabat dengan terpapar maling uang rakyat, attitude penguasa yang hobbi koor pro pancasila harga mati, ternyata pancasila dibuat  mati harga , kemudian tonjolkan jatidiri ” fanatis” namun riil contra kepada keadilan sosial, yang ideal sebagai cita -cita semua rakyat dunia, nyatanya Pancasila dijadikan sekedar perkakas kekuasaan, diperalat demi keabsahan melegitimasi korupsi, diberbagai izin tambang, korupsi di perguruan tinggi, korupsi dana haji berdalih kenaikan ONH dan sebagai pahala yang akan terus mengalir kelak, sebuah ungkapan asal atau tidak tepat peruntukan, namun hanya sebagai pemikat demi kebohongan GNWU / Gerakan Nasional Wakaf Uang , yang kini batal,  program coba – coba. Coba di promosi oleh Kyai merangkap umaro, diprakarsai oleh Penguasa tak tahu diri sebagai Presiden dan Menteri Keuangan namun tidak malu, karena tidak mampu mengelola seluruh isi kandungan tanah, barang tambang, minyak dan kekayaan di laut, air, dan dibawah air, punya kuasa tehadap  hutan dan semua tumbuhan kayu diatasnya serta hak tanam, juga hak mengelola dan membangun di atas tanah serta memanfaatkan atau mendaya gunakan berbagai kekayaan flora dan fauna.

Negara Pancasila hanya jadi jargon kosong, namun begitu menghadapi para eks negara kolonialis , serta negara yang kini aktif dalam menjajah ekonomi dunia , model Amerika, dan sekutunya di Eropa, termasuk RRC. sebagai salah satu anggota PBB. Maka Pancasila tunduk dan taklid buta pada PBB. Pancasilais KW. yang lembek mirip kerupuk masuk angin, atau bak pemimpin vokal namun ketika kecipratan dana, maka tali suara pun seperti tentara nica, hanya dapat galak kepada bangsa sendiri.

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini