Ciri khas mereka sejatinya tidak percaya takhayul, seperti halnya yang dipercayai kaum animisme. Bagi mereka semua kehidupan adalah nyata ditutup dengan kematian, selesai. Maka kehidupan nyata adalah utama demi kehidupan yang fana. Maka fakta kini, ternyata ada gejolak hasrat mengkerdilkan Pancasila yang katanya (mereka) sebagai perekat semua agama dan dari segala suku bangsa yang ada, ternyata Pancasila dipastikan bukan merupakan solusi untuk menyelesaikan problematika negara ini dan terlebih dunia, khususnya dalam menjamin harmoni dan perdamaian dunia.
Pancasila yang tadinya seolah dianggap sudah memenuhi segala kepentingan ummat beragama dan segala kebutuhan anak bangsa untuk mencapai cita – cita, tenyata sekedar justifikasi sebagai pemersatu bangsa, Pancasila bukan konsep dam teori unggulan, tak berkelas sebagai hakekatnya sebagai norma untuk menata dan mengatur dunia. Pancasila, tak bisa dijadikan rujukan ummat beragama bangsa ini
Di sisi lain, klaim pembela Pancasila seolah sebagai paling NKRI, faktanya hanya jargon kosong. Buktinya Pancasila diwacanakan akan ditinggalkan, akan ditelantarkan, malah umat islam di indoktirinisasi agar patuhi mazhab PBB yang merupakan kepanjangan tangan penjajah Amerika dan sekutu para negara mantan kolonialis serta sahabat dekat Yahudi atau bangsa Israil yang nota bene sejatinya ounya status melekat sebagai musuh ummat muslim di negara – negara di dunia, setidaknya di negara mayoritas muslim sebagai wajah baru negara kolonialis – imperialisme terhadap negara jajahannya palestina.
Pancasila hanya digunakan untuk alat gebuk, alat politik kepada pihak-pihak yang justru ingin menerapkan syariat Islam, ingin menerapkan hakekat ajaran para imam mazhab (Maliki, Syafi’i, Hanafi, Hambali). Mereka yang mengklaim bermazhab Imam Syafi’i malah membangkang pada sang Imam, malah mengikuti mazhab ” kufur ” PBB. Yang selalu ingin mendikte jika bersebrangan atau jika tidak mendukung setiap program globalisasi mereka.