spot_img
Sabtu, Mei 11, 2024
spot_img

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

 

KNews.id –  Jakarta,  Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Cina bersedia mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padi mereka Proyek kerja sama ini akan dimulai Oktober 2024.

- Advertisement -

“Kita (Indonesia) minta mereka (Cina) memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sangat sukses menjadi swasembada. Mereka bersedia,” ujar Luhut dalam akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, Minggu.

Kesepakatan tersebut merupakan salah satu hasil dari pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI–RRT di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

- Advertisement -

Luhut mengatakan bahwa langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencari mitra lokal untuk bekerja sama. “Kita tinggal mencari mitra lokal untuk membuatnya di Kalteng, karena tanahnya itu dari zaman dulu sudah ada sampai 1 juta hektare,” ucap dia.

Akan tetapi, tutur Luhut melanjutkan, pengelolaan lahan tersebut akan dilakukan secara bertahap. Misalkan, dari 100 ribu hektare, naik ke 200 ribu hektare, dan selanjutnya. Adapun lembaga yang ditunjuk untuk mengumpulkan hasil produksi tersebut adalah Perum Bulog.

- Advertisement -

Menurut Luhut, proyek ini penting karena padi merupakan permasalahan serius bagi Indonesia.

“Selalu masalah kita adalah padi. Beras selalu kita impor, 2 juta lah, 1,5 juta lah.”

Contoh sukses dari Gurun Dubai

Ilmuwan Cina dikabarkan telah berhasil menanam dan memanen padi di gurun Dubai, dengan hasil panen tertinggi sebesar 500 kilogram per 666 meter persegi.

Tim ini berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Padi Toleransi Saline-Alkali, yang berbasis di Provinsi Shandong, dan dipimpin oleh ‘bapak padi hibrida’ Cina terkenal, Yuan Longping, demikian dilaporkan kantor berita Cina Xinhua, Juni 2018.

Diundang oleh Kantor Pribadi Sheikh Saeed Bin Ahmed Al Maktoum, seorang miliarder anggota keluarga penguasa Dubai, tim tersebut telah menanam lusinan varietas padi di pasir dengan air laut yang ditawarkan di pinggiran Dubai sejak Januari 2018.

Pada 26 Mei, para ahli pertanian dari Tiongkok, India, Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA) melakukan uji produksi varietas padi tersebut. Salah satu sampel yang ditanam di Dubai menghasilkan lebih dari 500 kg per mu (666 meter persegi), sedangkan sampel lainnya menghasilkan lebih dari 400 kg per mu.

Yuan Longping mengatakan kepada Xinhua bahwa hasil tes tersebut jauh melebihi ekspektasinya. Tujuan mereka adalah untuk menutupi sekitar 10 persen lahan gurun UEA, yang memiliki luas total 83.600 kilometer persegi, dengan sawah.

Cina dan Dubai juga menandatangani perjanjian untuk mempromosikan beras air laut di seluruh dunia Arab, guna mengurangi risiko kekurangan pangan di masa depan.

Cina adalah produsen sekaligus konsumen beras terbesar di dunia, yang secara tradisional ditanam di tanah dan air tawar. Dengan lebih dari 665.000 kilometer persegi lahan berkadar garam tinggi, negara ini telah berupaya mengembangkan jenis beras tahan garam selama empat dekade terakhir.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengkritik wacana penggunaan lahan sebanyak 1 juta hektare di Kalimantan Tengah untuk penerapan adaptasi sawah padi dari Cina.

Menurut Andreas lahan itu terlalu luas untuk rencana awal, dia memberi masukan agar menggunakan lahan sedikit dulu jika berhasil baru ditambah.

“Tidak masuk akal dan pasti gagal. Gitu aja lah kalau bicara 1 juta hektar pasti gagal. Terlalu  luas terus nanti yang garap siapa,” kata Andreas. “Kalau mau target ribuan hektar dulu lah. Puluhan ribu saja bukan sesuatu yang gampang sangat sulit. Mungkin kalau perkiraan saya sampai 50 ribu itu sudah super luar biasa,” ucapnya.

Andreas mengatakan dari pengalaman food estate sejak zaman pemerintahan Soeharto pada 25 tahun lalu, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo luas tanah yang dipakai juga berjuta hektare, namun akhirnya gagal. Menurutnya pemerintah harus konsisten dalam melakukan pembenahan.

Sampai saat ini Andreas mengaku belum tahu soal teknologi apa yang bakal diterapkan dalam adaptasi yang dilakukan Indonesia dari sawah Cina apakah benih atau irigasi. Dia menilai sebenarnya produksi padi di Indonesia jauh lebih baik dari negara lain.

Indonesia sebenarnya dari sisi kualitas benih sudah ada beberapa sudah ada yang dikembangkan Hasilnya cukup menjanjikan kalau dari sisi teknologi.

“Cina mau bantu Indonesia yang mana dulu, atau bantu dari pendanaan dalam arti didanai semuanya karena pembiayaannya sangat besar. Apakah di sana atau pemerintah yang menyiapkan semuanya lalu Cina tinggal masuk ke Indonesia melakukan Budi daya terkait teknologi mereka kan bisa juga seperti itu kita masih belum jelas,” tuturnya.

(Zs/Tmp)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini