spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

Tingkatkan Laba, Telkom Siapkan Strategi Jitu

KNews – Tingkatkan laba, Telkom siapkan strategi jitu. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan laba.

Terjadinya konsolidasi industri rupanya memberi celah bagi emiten telekomunikasi pelat merah ini untuk melakukan diferensiasi layanan, optimalisasi fixed broadband, dan unlock pusat data (data center).

- Advertisement -

Vice President Investor Relations Telkom Andi Setiawan menyampaikan bahwa secara fundamental, Telkom saat ini berada dalam kondisi yang cukup baik.

Namun begitu, perseroan tidak tinggal diam untuk terus berupaya meningkatkan laba.

- Advertisement -

“Saya rasa, Telkom memiliki dua bisnis yang besar. Pertama, di seluler kita memiliki anak usaha yang bergerak di bisnis mobile, yaitu Telkomsel. Lalu, di segmen fixed broadband, Telkom punya Indihome,” terang Andi baru-baru ini.

Hanya saja, selama lima sampai enam tahun terakhir Telkomsel menghadapi salah satu tantangan yang cukup besar, yaitu masalah persaingan harga.

- Advertisement -

Sebab, dalam kurun waktu tersebut beberapa operator berlomba-lomba menawarkan paket dengan harga paling murah sehingga terjadi komoditisasi.

Beruntungnya, kompetisi harga itu juga turut menciptakan konsolidasi industri karena perang harga membuat semua operator sulit untuk bertahan.

“Buktinya kita lihat, PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengakuisisi Axis beberapa tahun lalu. Kemudian, awal tahun ini PT Indosat Tbk (ISAT) dan Hutchison merger sehingga saat ini hanya menyisakan sebanyak empat operator di industri. Tiga di antaranya mungkin sudah menguasai 90% bahkan 95% market,” papar Andi.

Berkat konsolidasi itu, persoalan perang harga di antara para operator akhirnya dapat diatasi. Telkom pun meraup peningkatan harga data pada kuartal I dan II tahun ini.

Artinya, jelas Andi, sekalipun persaingan harga di antara operator masih intensif terjadi, tapi mereka mulai rasional dengan menetapkan harga yang menguntungkan bagi operator.

Dengan begitu, para operator termasuk Telkom dapat melakukan reinvestasi membangun jaringan untuk melayani kebutuhan pelanggan sehingga perseroan dapat mencetak laba.

Selain dengan meningkatkan harga, strategi lain untuk mencetak profitabilitas juga Telkom lakukan dengan memberikan diferensiasi pada layanan digital seperti menambah aplikasi dan video game untuk menghadirkan pengalaman berbeda bagi para pelanggan.

Cara itu diyakini akan mendorong para pelanggan untuk mengonsumsi lebih banyak data.

“Ini harapannya yang dapat kita lakukan di segmen mobile. Meski, masih ada tekanan dari sisi kompetisi dan layanan voice serta SMS yang masih menurun. Tapi, tentu ini merupakan bagian dari dinamika di industri seluler,” ujar Andi.

Segmen lain yang akan Telkom optimalkan untuk mengerek laba adalah fixed broadband.

Pasalnya, Telkom mempercayai segmen tersebut masih memiliki potensi cukup besar karena penetrasi di Indonesia relatif rendah hanya 15% sampai 16% rumah tangga yang terhubung dengan internet.

Sejauh ini, penetrasi Telkom baru menjangkau 9 juta pelanggan. Sedangkan operator lain seperti Linknet dan Biznet bila dikombinasikan mencapai sekitar 2 juta pelanggan.

Artinya, kata Andi, hanya 11 juta dari 65 juta rumah tangga di Indonesia yang terkoneksi dengan internet.

“Kita bandingkan dengan Thailand misalnya. Dengan GDP yang kurang lebih sama, penetrasi mereka sudah 60%. Bahkan, Vietnam lebih tinggi dibanding Indonesia. Padahal, dengan resources dan infrastruktur yang kita miliki, Telkom masih mempunyai kesempatan untuk menambah pelanggan dalam jumlah yang signifikan,” tutur Andi meyakinkan.

Terlebih, pada tahun lalu Telkom berhasil menambah pelanggan Indihome hampir 600 ribu. Untuk tahun ini, Andi pun optimistis Telkom bakal mampu menambah sekitar 500 sampai 600 ribu pelanggan baru.

Menurutnya, target itu cukup manageable bila diukur berdasarkan kinerja perusahaan tahun lalu.

Karenanya, Telkom melalui Indihome yakin akan bisa memperluas bisnis di segmen fixed broadband dengan menargetkan pendapatan Indihome tahun ini tumbuh sekitar high single digit.

Pun demikian di segmen enterprises. Melalui enterprise solution, Telkom optimistis dapat meningkatkan profitabilitas.

“Jadi, korporasi di Indonesia itu memerlukan berbagai automasi dan solusi-solusi digital. Kebutuhan data center dan cloud yang tentunya lagi-lagi Telkom dengan infrastrukturnya yang lengkap membuat kita berada di posisi yang baik untuk mendapatkan kesempatan,” beber Andi.

Lebih jauh, dalam upaya mengerek harga saham dan meningkatkan laba, Telkom bahkan telah meng-unlock aset-aset bervaluasi tinggi seperti tower. Itulah mengapa, pada November 2021 Telkom melangsungkan IPO anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel.

Pertimbangannya, valuasi tower secara global berkisar 12x sampai 13x multiple Ebitda dibandingkan Telko yang maksimal hanya 6x sampai 7x.

Untuk itu, Andi menambahkan, setelah melakukan IPO Mitratel, selanjutnya Telkom akan kembali meng-unlock aset lain bervaluasi tinggi yaitu data center yang kini berada di beberapa entitas untuk kemudian dikonsolidasikan.

“Kita sudah siapkan entitas untuk kita konsolidasikan dan harapannya dalam satu sampai dua tahun ke depan dapat di-unlock. Harapannya, ini juga dapat meningkatkan valuasi Telkom sebagaimana pada saat kita me-listing-kan Mitratel di bursa,” katanya.

Melalui strategi-strategi tersebut, Andi optimistis Telkom tahun ini dapat mencetak pendapatan tumbuh positif di kisaran mid single digit.

“Kita belum atur RKAP atau budget untuk tahun-tahun ke depan. Tapi, rasanya tahun ini kita akan lebih baik. Telkom juga berinisiatif untuk bersinergi dengan perusahaan-perusahaan digital seperti PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan itu telah kita lakukan agar Telkom mampu bertransformasi sehingga tetap relevan di masa mendatang,” pungkas Andi. (RKZ/invstr)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini