“Untuk cegah itu bank sentral lakukan normalisasi dengan naikkan suku bunga,” tutur dia. Di sisi lain, sambungnya, sebagian besar deposan SVB adalah startup, sehingga ketika melihat inflasi tinggi lalu AS dan global hadapi situasi pelemahan ekonomi, strategi pencatatan saham perdana atau IPO dan ekspansi sulit dilakukan.
Kemudian yang dilakukan para startup itu guna mempertahankan diri yaitu mengandalkan simpanan di bank. “Problematiknya kemudian, SVB ini menyimpan sebagian besar aset yang dia punya dari DPK (Dana Pihak Ketiga) di surat utang pemerintah,” jelas Eko.
Padahal, lanjut dia, menyimpan aset di surat utang pemerintah tidak selalu aman. Alasannya, pada saat suku bunga tinggi harga obligasi menjadi murah, karena masyarakat lebih suka menabung daripada membeli obligasi pemerintah.
“Jadi (obligasi) dijual pasti harganya jatuh. Lalu SVB kesulitan sediakan cash untuk yang mau menarik uangnya, terjadi mismatch,” tegasnya. (Bay/Rplk)