spot_img
Selasa, Mei 7, 2024
spot_img

Saham BBRI Sudah Terbilang Murah, Saatnya Beli?

KNews.id – Saham emiten bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tergolong murah (undervalued) di harga saat ini. Apalagi, hal tersebut ditopang oleh kinerja keuangan yang solid.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BBRI berada di level Rp5.125 per saham pada 9 Oktober 2023. Angka tersebut terkoreksi 4,21 persen dalam sebulan, tetapi masih tumbuh 3,74 persen dibandingkan posisi awal tahun (year to date/YtD).

- Advertisement -

Dengan level harga tersebut, kapitalisasi pasar (market cap) BBRI mencapai Rp776,74 triliun, solid berada di peringkat kedua di bursa. Rapor keuangan yang moncer dan belum diimbangi secara signifikan oleh apresiasi harga, membuat saham BBRI menarik saat ini.

Informasi saja, BRI menjadi peraih laba bersih terbesar di antara perbankan RI, yakni Rp29,42 triliun selama paruh pertama 2023. Tidak hanya di antara raksasa perbankan, BRI juga merupakan emiten dengan laba ‘terjumbo’ di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang semester I tahun ini.

- Advertisement -

Beralih ke valuasi, dengan kinerja keuangan apik, rasio price-to earnings (P/E atau PER), alias perbandingan harga saham terhadap laba perusahaan, BBRI tercatat sebesar 13,20 kali. Angka ini lebih murah dibandingkan rata-rata PER BBRI dalam 5 tahun terakhir, yang mencapai 18,02 kali.

Sementara, rasio price-to book value (PBV), membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan, tercatat sebesar 2,65 kali, hanya sedikit di atas rata-rata PBV 5 tahun terakhir (2,54 kali).

- Advertisement -

Menurut estimasi analis sebagaimana dihimpun oleh Refinitiv, harga target (target price) rata-rata saham BBRI berada di kisaran Rp6.165,7 atau ada potensi upside (kenaikan) 20,31% dari harga Rp5.125 per saham pada 9 Oktober 2023.

Dari sisi analisis teknikal, dalam chart harian (daily), saham BBRI tengah menguji support berupa level psikologis 5.100 dengan area resistance terdekat berupa garis moving average (MA) 200 di level 5.280.

Sementara, dalam chart mingguan (weekly), saham BBRI terlihat sedang menguji level support penting berupa garis MA 50 di kisaran 5.106. Apabila sanggup bertahan di atas level tersebut, BBRI berpeluang menguji resistance terdekat di level 5.300 dan 5.350. Level support selanjutnya untuk BBRI berada di level psikologis 5.000.

Kinerja Apik

BRI berhasil mencatat kinerja impresif pada paruh pertama tahun ini dengan mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk (laba bersih) sebesar Rp 29,14 triliun, naik 18,7% yoy. Perolehan laba tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih yang naik 1,43% menjadi Rp 65,54 triliun pada semester I-2023.

Seiring dengan peningkatan tersebut, beban bunga BRI juga membengkak 63,71% menjadi Rp 20,05 triliun. Rasio beban bunga terhadap bunga enam bulan pertama tahun ini pun membengkak jadi 23,42%, dari yang sebelumnya hanya 15,93%.

Pada penyaluran kredit, BRI secara konsolidasi tercatat sebesar Rp 1.202,13 triliun, meningkat 5,54% yoy pada semester I-2023.

Pendorong pertumbuhan kredit BRI adalah segmen mikro. Emiten bersandi BBRI ini mencatat kredit mikro tumbuh double digit 11,41% yoy menjadi Rp 577,94 triliun. Dengan demikian kredit mikro berkontribusi 48,08% terhadap total penyaluran pembiayaan kepada pihak ketiga.

Total sumbangsih kredit UMKM terhadap portofolio BRI mencapai 84,48%, atau secara nilai mencapai rekor sebesar Rp 1.015,54triliun. Ini menjadi kali pertama kredit UMKM BRI menembus di atas Rp1.000 triliun.

Dengan ini, target BRI untuk mencapai rasio kredit UMKM85% akan tercapai lebih cepat.

Terkait perkembangan Holding Ultra Mikro (UMi), hingga akhir kuartal II 2023 Holding UMi telah berhasil mengintegrasikan lebih dari 36 juta nasabah pinjaman dan 162 juta nasabah simpanan mikro dengan didukung 1.013 unit kantor co-location SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro).

Pertumbuhan kredit itu membawa aset BRI naik 9,21% yoy menjadi Rp 1.805,15 triliun. Selain itu, penyaluran kredit yang optimal turut membuat cost of credit Bank BRI turun dari semula 3,11% pada triwulan kedua 2022, kini menjadi 2,26% saja di triwulan kedua 2023.  (Zs/CNBC)

 

 

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini