spot_img
Minggu, Mei 19, 2024
spot_img

Teori fase – fase runtuhnya kekuasaan menurut Ibnu Khaldun dan analogi rezim kontemporer

Tangerang, Kamis, 12 Oktober 2023

Oleh : Damai Hari Lubis – Ketua KORLABI/ Koordinator Pelaporan Bela Islam

- Advertisement -

KNews.id – Dalam teorinya tentang negara, Ibnu Khaldun memberikan gambaran fase-fase dari asal muasal tentang runtuhnya sebuah negara dan kekuasaan.

Fase Pertama, seorang bakal pemimpin berhasil memenangkan pemilihan dan menentukan siapa saja yang diambil sebagai bawahan dan membantu dalam membuat diskresi sesuai tupoksi masing – masing dengan segala model keputusan demi ” kepentingan rakyatnya ” ;

- Advertisement -

Fase kedua, pada fase ini seorang pemimpin mulai bertindak otoriter. Tidak hanya berbuat semena-mena, ia bahkan menyingkirkan musuh-musuhnya dan segala macam hal yang dapat merugikannya dan menggoyahkannya termasuk jika perlu dengan praktik kriminilisasi para tokoh dan oposan lalu penjarakan. Frase kedua ini pondasi awal demi gagah ( wibawa ) dan kuatnya kursi kekuasaan ;

Fase ketiga, pada fase ini seorang pemimpin mulai lupa diri hidup berfoya-foya dan menikmati kekuasaannya. Dapat diidentifikasi secara sempit namun porno ( kasat mata ) melalui joged – jogedan di istana ;

- Advertisement -

Fase keempat, seorang pemimpin mulai merasakan kepuasan hati dgn pola glamour daripada keluarga dan kroni, walau pemimpinnya sendiri seolah sederhana, cukup berdandan ala casual, namun telanjang hura – huranya nampak darinlehidupan para kelg dan kroni atau paling tidak terpublis jumlah harta bendanya yang drastis signifikan melonjak ;

Pada Fase kelima dan terakhir, kekuasaan yang berlangsung akan runtuh akibat demonstrasi yang dilakukan masyarakat dibawah seruan para tokoh dengan ketokohan klasik, yakni utamanya para ulama dan masyarakat mahasiswa dan jejak tokoh para aktivis ( dahulu gerakan rakyat jelata ) ;

Analoginya dengan status quo tanah air :

Alhasil gayung bersambut akan berakibat terjadinya banyak perubahan besar – besaran terhadap ketatanegaraan Indonesia , hanya oleh rasa keadilan yang terenggut secara tranparan dan hak – hak ( politik ) rakyat yang terbelenggu serta jurang pemisah dalam hubungannya dengan faktor ekonomi. Poya poya ( kaya rayanya penguasa dan pengusaha ) lalu keterbatasan ekonomi rakyat serta lapangan pekerjaan yang direnggut justru bahkan diberikan kepada WNA ( China ) oleh penguasa.

Runtuhnya kekuasaan dalam prespektif Ibnu Khaldun secara rungkad dari fase ke fase ( pada kesemua fase ) perlu kita perhitungkan.

Mengingat Indonesia saat ini banyak mengalami goncangan dari dalam yang menghasilkan berbagai macam gerakan-gerakan penentangan baik melalui berbagai media konvensional ( walau sedikit dan sesekali ) namun bisa mudah menyebar, serta media mainstream yang menjamur ( semua bisa menjadi jaringan dgn kemudahan tehnologi komputerisasi, telepon sel/ HP. – yang dilengkapi gawai/ gadget, bahkan diikuti organisasi massa yang menjamur dan semua ikut bersuara ( pro – kontra ), namun semua informasi menjadi masukan dan pilihan, bahkan implikasinya menjd kepastian bagi rakyat yang memang merasakan keadaanya diri dan keluarga yang merana.

Semua dampak negatif ini dapat ditanggulangi dan ter- antisipasi dengan sendirinya, jika saja faktor kepemimpinan yang amanah, sehingga berbalas trusting dari rakyat umumnya.

Sementara pemimpn saat ini ?

Maka dari sisi pandang teori Ibnu Chaldun. Masa keruntuhan rezim ini kemungkinan segera datang. Masa kegelapan kemasa penerangan. Dan sebagai bangsa, ummat beragama, jangan lupa banyak doa, demi ” perubahan ” sesuai yang diharapkan, serta dapat meminilisir dampak kerugian.

Serta para tokoh, para akademisi, atau kaum intelektual sesuai keahlian dan disiplin ilmunya, harus preparing kepada sistim yang hendak dipakai, bukan ujug – ujug, tidak melanjutkan namun dengan segala perbaikan sistim, dan untuk jangka panjang, serta keras menolak titipan sebuah kepentingan kelompok atau sebuah golongan tertentu namun harus semata menggunakan pembaruan dengan yang melulu ILMIAH dan nyata baik serta ideal memuat hal kebutuhan LINTAS SARA. Dan para penyusun sistim hukum dan ekonomi, jangan enggan menggunakan sistim yang terbaik. Dan semoga kelak, Indonesia sehat dan baik – baik saja. (Zs/NRS)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini