spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Ide Awal Pendirian Bukopin di Era Presiden Soeharto

KNews.id- KB Kookmin Bank akan menjadi pengendali saham PT Bank Bukopin Tbk. Bank asal Korea Selatan itu sedang dalam proses peningkatan saham dari 22 persen menjadi 51 persen. Sebagai komitmen awal, KB sebagai salah satu pemegang saham utama Bank Bukopin telah menyuntikkan dana untuk mendukung likuiditas bank. Kookmin Bank menempatkan dana ke rekening penampungan (escrow account) sebesar 200 juta dolar AS atau Rp2,8 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS).

Bukopin didirikan pada era Presiden Soeharto pada 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (disingkat Bukopin). Bank mulai melakukan usaha komersial sebagai bank umum koperasi di Indonesia sejak tanggal 16 Maret 1971 dengan modal Rp50 juta.

- Advertisement -

Pembentukan Bukopin diniatkan untuk menopang pertumbuhan koperasi di Indonesia. Kala itu, Soeharto berharap rakyat Indonesia tidak meragukan manfaat koperasi sebagai wahana untuk mensejahterakan perekonomian.

Subiakto Tjakrawerdaya, mantan Menteri Koperasi Indonesia mengatakan, obsesi gerakan koperasi dari Bung Hatta diimplementasikan oleh Soeharto lewat beragam cara, salah satunya lewat dukungan perbankan. Koperasi pada masa Soeharto menjadi sarana untuk pembangunan desa sekaligus membangun pertanian, dan mengentaskan kemiskinan.

- Advertisement -

Dalam implementasi di lapangan, lanjut dia, dibentuklah koperasi unit daerah (KUD) dan koperasi serba usaha (KUS) di desa-desa oleh Pak Harto. Dengan konsep KUD ini, dia menilai, tidak akan terjadi kesenjangan antara lintas sektor dan lintas masyarakat.

“Bahkan, koperasi pada masa Pak Harto berhasil menjadi tonggak penting dalam pendirian Bank Bukopin.BRI itu juga seharusnya jadi bank koperasi karena dulu kan namanya BKTN. Kalau Bulog jadi trading house-nya koperasi dan BRI jadi lembaga perbankan koperasi, itu baru sokoguru ekonomi,” ucapnya beberapa waktu lalu.

- Advertisement -

Dikutip laman resminya, kegiatan usaha Bukopin pada awalnya mencakup segala kegiatan bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan. Pendirian bank ini memiliki tujuan utama untuk memperhatikan dan melayani kepentingan gerakan koperasi di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Perkoperasian yang berlaku.

Bukopin kemudian melakukan penggabungan usaha dengan beberapa bank umum koperasi. Perubahan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) menjadi Bank Bukopin disahkan dalam Rapat Anggota Bank Umum Koperasi Indonesia yang dituangkan dalam surat No. 03/RA/XII/89 tanggaI 2 Januari 1990.

Peralihan nama Bukopin dari bank umum koperasi menjadi Bukopin juga tidak mulus. Bank mendapat banyak sorotan publik terutama dalam penyaluran kredit yang lebih condong kepada swasta, kredit yang tersalur ke koperasi tak lebih dari 35 persen.

Tak ingin masalah melebar, Dirut Bank Bukopin kala itu, Mandala Muchtar kembali menegaskan bahwa Bukopin harus kembali ke khittah dengan memprioritaskan suntikan dana untuk koperasi.

Mengutip Tempo edisi 13 Januari 1990, terjadi perubahan penyaluran kepada koperasi sebesar 52 persen (Rp130 miliar), dari Rp250 miliar dana tersalurkan sepanjang 1990.Pada perkembangan selanjutnya, status badan hukum Bank Bukopin berubah dari koperasi menjadi perseroan terbatas. Bank Bukopin memulai kegiatan usaha dalam bentuk perseroan terbatas pada tanggal 1 Juli 1993.

Pada awal Maret 1996, Presiden Soeharto yang disertai sembilan pemimpin Asia mengadakan pertemuan dengan 15 pemimpin Eropa dalam forum Asia-Europe Meeting (ASEM) di Bangkok, Thailand. Dalam pertemuan itu, para pemimpin Asia dan Eropa sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi diantara kedua benua.

Para pemimpin sepakat untuk membentuk Forum Bisnis Asia-Eropa (Asia-Europe Business Forum). Presiden Soeharto kemudian menunjuk beberapa tokoh pengusaha nasional salah satunya Muchtar Mandala. Para anggota forum itu akan bertemu di Paris tanggal 14-15 Oktober. Karena itulah, para utusan Indonesia ini menemui Kepala Negara untuk mencari masukan.

Saat itu, Muchtar mengatakan banyak pengusaha asing terutama dari Eropa yang ingin memasuki pasar jasa keuangan di Indonesia. Namun, ia menegaskan bahwa Indonesia belum membutuhkan dana segar dari luar negeri.

Dalih yang mereka gunakan adalah karena ingin menanamkan modalnya di Indonesia, maka investasi mereka perlu ditunjang oleh ndustry jasa keuangannya seperti bank dan perusahaan asuransi.

“Kepala Negara mengatakan, kalau kita membuka seluas-luasnya maka kita akan rugi.” Kata Direktur Utama Bank Bukopin Muchtar Mandala kepada pers di Bina Graha, Kamis saat melaporkan rencana keberangkatan mereka kepada Presiden dikutip Antara, 14 Oktober 1996. (FHD)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini