KNews.id – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) diyakini punya target jangka pendek, sebelum melakukan aksi korporasi lainnya. Smartfren telah melakukan pembicaraan soal merger dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL) sejak 2 tahun lalu, namun belum selesai dan kini kembali berlanjut.
“Kami yakin Smartfren menetapkan jangka waktu guna menyelesaikan program belanja modalnya paling lambat pada semester I-2024 untuk 2.000 sites tambahan, dan perencanaan tersebut mungkin terkait dengan pembicaraan merger bersama XL saat ini,” tulis analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis dalam riset terbaru.
Dia memperkirakan keseluruhan nilai perusahaan (enterprise values/EV) untuk XL Axiata saat ini sebesar Rp 73,6 triliun dan Smartfren Rp 43,1 triliun. Alhasil, jika merger, nilainya bisa mencapai Rp 116,7 triliun. Sementara itu, kapitalisasi pasar (market cap) XL Axiata senilai Rp 31,1 triliun dan Smartfren Rp 18,9 triliun.
Adapun cara tercepat bagi emiten berkode saham FREN tersebut untuk melakukan deleverage adalah penambahan modal oleh pemegang saham utama. Apalagi, anak perusahaan Sinar Mas ICT masih beroperasi secara mandiri. “Penggabungan perusahaan telekomunikasi akan menjadi katalis bagi integrasi ICT di Sinar Mas dan menghasilkan sinergi dari merger tersebut,” jelas Niko.
Meski demikian, BRI Danareksa Sekuritas lebih menyukai XL Axiata (EXCL) karena valuasinya dan lebih banyak alasan untuk melakukan merger dengan perusahaan telekomunikasi lainnya. Target harga saham EXCL dipatok Rp 3.900, dengan rekomendasi buy.
Secara umum, untuk sektor telekomunikasi, BRI Danareksa Sekuritas menegaskan kembali rating OW (overweight) karena perkembangan pasar yang sehat hingga September 2023. Saham pilihannya adalah PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 11.100. Indosat didukung oleh kekuatan finansial dan prospek pendapatannya.
Jika terjadi merger dengan FREN, saham EXCL diprediksi hanya mencapai Rp 2.500, tak jauh dari harga saat ini. Berdasarkan riset Macquarie, perusahaan hasil merger akan memiliki margin EBITDA 48%. Adapun EV/EBITDA EXCL diprediksi mencapai 5,5 kali setelah merger di harga Rp 2.500.
Sementara itu, Macquarie juga mencatat, FREN meraup margin EBITDA 44%, namun diperdagangkan dengan EV/EBITDA 8,6 kali. Adapun EXCL memiliki margin EBITDA tinggi sebesar 49%, namun diperdagangkan dengan EV/EBITDA sebesar 4,5 kali.
“Kenaikan EBITDA perusahaan hasil merger dikompensasi oleh valuasi yang lebih rendah, sehingga saham EXCL diprediksi tidak naik terlalu jauh setelah merger,” tulis Macquarie.
Perusahaan hasil merger XL dan FREN akan memiliki spektrum frekuensi terlengkap. Sebab FREN memiliki frekuensi 850 Mhz dan 2.300 Mhz, sedangkan XL 900 Mhz, 1.800 Mhz, dan 2.100 Mhz. (ZS/ID)