KNews.id – PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) adalah perusahaan pertambangan nikel terbesar di Indonesia. Namun, saham MBMA saat ini ditransaksikan di bawah harga wajar (fair value).
Berdasarkan riset Macquarie, dengan metode sum of the parts (SOTP), net asset value (NAV) Merdeka Battery mencapai US$ 5,37 miliar. Dengan demikian, harga wajar saham anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ini sebesar Rp 780 dibandingkan harga saat berita ini diayangkan Rp 560.
Macquarie lantas emrinci NAV seluruh anak usaha dan proyek Merdeka Battery. Pertama, NAV Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) mencapai US$ 3 miliar. Emiten berkode saham MBMA tersebut memiliki 51% saham SCM, perusahaan tambang nikel, dengan bagian NAV US$ 1,5 miliar.
MBMA memiliki lima proyek HPAL dengan beberapa mitra, seperti CATL dan QMB, dengan total NAV bagian Perseroan US$ 1,5 miliar, berdasarkan kepemilikan saham. Dengan demikian, ketemu total NAV US$ 5,6 miliar. Lalu, dipotong utang US$ 307 juta, NAV MBMA mencapai US$ 5,3 miliar.
Di sisi lain, Phintraco Sekuritas menilai, saham MBMA masuk fase konsolidasi. Secara teknikal, potential base sudah terbentuk di area Rp 540, didukung volume yang tipis saat menguji level Rp 540. Artinya, indikasi tekanan jual terhadap saham MBMA terbatas, sehingga membuka peluang rebound untuk kembali ke level resistance Rp 595.
“Masuk di level Rp 540-550, target Rp 580-595, dan stop loss Rp 530,” pungkas Phintraco.
