spot_img
Selasa, Mei 7, 2024
spot_img

Digitalisasi dan Rencana Rights Issue BNI

KNews.id- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI yang akan melanjutkan fokus penyaluran kredit korporasi dan digitalisasi diharapkan menjadi kunci pemulihan di tengah masih melambatnya sektor perbankan. Adapun rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue pada 2022 bakal mendongkrak kemampuan penyaluran kredit perseroan, sehingga dapat menjadi sentimen positif.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri mengungkapkan, BNI akan melanjutkan fokus kredit korporasi dengan upaya digitalisasi untuk mempertahankan keberadaan bagi pelanggan setia. Berbagai inisiatif perseroan diharapkan mendorong pertumbuhan kredit sebesar 6,1% dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) sekitar 4,8% tahun ini.

- Advertisement -

Adapun rencana perseroan memperkuat struktur permodalan dengan menggelar rights issue dengan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 7 triliun pada 2022 diharapkan berdampak positif terhadap kemampuan kredit dalam jangka panjang. Total nilai rights issue tersebut diperkirakan mencapai Rp 11,7 triliun.

Aksi korporasi itu diharapkan terlaksana pada semester I-2022. BNI juga memiliki opsi pendanaan melalui emisi perpetual bond senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7 triliun pada kuartal III-2021.

- Advertisement -

“Dengan masuknya dana segar Rp 7 triliun, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BNI diharapkan meningkat 100 bps menjadi 18% pada 2021. Pendanaan baru tersebut diharapkan bisa menjadi buffer sementara untuk menaikkan CAR BNI,” tulis Eka dalam risetnya.

Mengenai kinerja BNI hingga Mei 2021, dia menyebut sudah sesuai ekspektasi, dengan laba bersih Rp 4,4 triliun dan NIM sebesar 4,9%. Sedangkan pertumbuhan kredit mencapai 3,1%. LDR tetap berada di level 80% yang mengindikasikan bahwa likuiditas masih berlimpah akibat rendahnya permintaan kredit. Perseroan juga mencatat biaya dana (cost of fund/CoF) yang masih stabil di level 1,6%, sejalan dengan tingkat suku bunga perbankan yang rendah.

- Advertisement -

“Kami memperkirakan dengan kinerja tersebut, perseroan mampu merealisasikan keuntungan bersih senilai Rp 7,1 triliun pada tahun ini. Bahkan diperkirakan bisa melampaui target tersebut,” jelas dia.

Terkait digitalisasi perbankan, BNI mulai menunjukkan penguatan setelah peluncuran kembali platform mobile banking yang baru. Manajemen BNI menyatakan bahwa platform tersebut menawarkan produkyang lebih komprehensif. Begitu juga dengan layanan.

Platform ini menawarkan beragam fitur mulai dari pembukaan rekening secara online, penjualan produk wealth management,  dan pengajuan kredit. Dari platform tersebut, perseroan membidik pelanggan ritel. Meski demikian, perseroan juga akan meningkatkan performa dari platform tersebut untuk menangkap peluang pelanggan institusi, dengan menggandeng sejumlah financial technology (fintech) untuk menawarkan pinjaman.

“Dengan langkah peningkatan platform tersebut, BNI diharapkan mampu untuk mendiversifikasi portofolio kredit dan meningkatkan kemampuan digital perseroan ke depan,” ungkap Eka.

Berbagai faktor tersebut mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga dipertahankan sebesar Rp 8.000. Target harga tersebut mengimplikasikan perkiraan PBV tahun ini sekitar 1,3 kali. Target harga tersebut juga mempertimbangkan perkiraan kenaikan laba bersih BNI menjadi Rp 7,08 triliun pada tahun ini dibandingkan realisasi tahun lalu senilai Rp 3,28 triliun. Laba operasional sebelum provisi juga diperkirakan meningkat dari Rp 27,82 triliun menjadi Rp 30,83 triliun.

Tantangan

Sementara itu, tim riset Mirae Asset Sekuritas menyebutkan bahwa sejumlah indicator perbankan telah menunjukkan perbaikan hingga Mei 2021, seperti pertumbuhan kredit sebesar 0,6% sepanjang Mei dibandingkan April 2021. Namun, kondisi demikian diperkirakan tidak berlangsung lama setelah terjadi peningkatan kasus Covid-19 sejak Juni 2021.

Begitu juga dengan kualitas aset diperkirakan kembali turun dengan potensi peningkatan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) setelah penerapan PPKM Darurat untuk menghindari peningkatan kasus Covid-19. Pembatasan aktivitas terse- but membuat pebisnis untuk mengerem ekspansi yang berimbas terhadap penurunan investasi dan berdampak pada pertumbuhan kredit perbankan. Sebaliknya, CASA perbankan akan meningkat dipicu oleh penurunan penggunaan dana, baik oleh perusahaan maupun pebisnis. Namun, hal berbeda terjadi di sektor konsumsi.

Menurut tim riset Mirae, terjadi peningkatan penjualan mobil dan rumah sepanjang semester I-2021, setelah pemerintah menerapkan pembebasan pajak penjualan. Namun, tren tersebut bisa jadi berubah melihat tren peningkatan kasus Covid-19, sehingga memicu penurunan kredit pembelian properti dan kendaraan dalam beberapa bulan ini.

Meski demikian, Mirae tetap mempertahankan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp 6.790. Target harga tersebut menggambarkan realisasi keuntungan perseroan hingga Mei 2021 yang melampaui perkiraan Mirae. (Ade/invdy)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini