spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Sjam Kamaruzzaman dan Kerja Rahasia Biro Khusus PKI (II)

KNews-id….Seperti namanya, anggota biro ini tidak bisa diketahui oleh sembarang orang kecuali ketuanya sendiri. Bahkan, Ketua CC PKI DN Aidit pun tidak mengetahui hirarki dalam BC. Demikian biro ini bekerja sangat rahasia.

Menurut keterangan anggota BC, diketahui bahwa BC Pusat berada di Jakarta. Pimpinan biro ini terdiri dari Sjam sebagai ketua, Pono sebagai wakil, Bono sekretaris, Wandi bendahara dan Hamim sebagai pelatih kader BC.

Kelima pimpinan biro itu tidak dikenal sebagai anggota PKI. Meski mereka adalah para kader PKI yang militan. Namun secara organisai mereka sengaja dipecat dan dijelek-jelekkan sehingga hubungan mereka dengan anggota partai menjadi jauh.

Antara anggota BC pusat, provinsi dan daerah pun mereka tidak saling mengenal satu dengan yang lain, kecuali para anggota Comite Daerah Besar (CDB). Bahkan istri anggota BC di rumah tidak boleh terlibat dalam PKI.

Sjam memaksa istrinya untuk mengundurkan diri dari aktivitas Barisan Tani Indonesia (BTI) dan tidak boleh melakukan aktivitas revolusioner. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecurigaan pihak luar dan menjaga kerahasiaan BC.

Dalam sebulan, kelima anggota BC Pusat bertemu. Untuk menjaga keamanan, mereka sengaja tidak memiliki kantor dan bertemu di sembarang tempat sesuai kesepakatan. Dalam pertemuan itu juga tidak ada rapat-rapat.

Setiap bertemu, anggota BC Pusat akan saling bertukar informasi dan perkembangan tugasnya masing-masing. Hasil pertemuan itu lalu diberikan kepada Aidit. Dari BC Pusat, hanya Sjam yang boleh dan bisa berhubungan dengan Aidit.

Selain pertemuan bulanan, anggota BC Pusat juga menggelar pertemuan-pertemuan tidak sebagai kelompok. Biasanya untuk bertemua satu sama lain atau memenuhi kontak tertentu, mereka tidak akan menunggu lebih dari 10 menit.

Jika dalam waktu 10 menit mereka tidak datang, maka keterlambatan itu diartikan sebagai kemungkinan orang yang ditunggu telah tertangkap. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat melihat anggota BC Pusat ini sebagai pengusaha biasa.

Kendati mereka setiap saat datang ke rumah Aidit dan kantor CC PKI, agen-agen intelijen Angkatan Darat (AD) yang memantau kantor CC PKI dan rumah Aidit tidak akan menyadari kehadiran mereka yang datang sebagai orang biasa.

Hal ini terbukti dengan tidak adanya yang memantau aktivitas Sjam selama Agustus hingga September 1965, di mana aktivitas pertemuan Sjam dengan Aidit semakin ditingkatkan guna mematangkan perencanaan G30S.

Anggota inti BC Pusat yang terdiri dari Sjam, Pono, dan Bono, adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam memelihara hubungan dengan perwira-perwira militer. Mereka masing-masing memiliki kartu identifikasi resmi intelijen militer.

Dengan identitas ganda tersebut, mereka bisa dengan leluasa keluar masuk fasilitas kemiliteran di Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan kepolisian. Ketiganya bahkan membangun kontaknya sendiri-sendiri.

Dalam persidangan Mahmilub tahun 1967, Sjam menceritakan bagaimana BC merekrut para perwira militer. Tujuan dari perekrutan itu bukan untuk menjadikannya sebagai anggota PKI, tetapi untuk membuat mereka bertindak atas nama PKI.

Seperti yang terjadi pada Desember 1964, ketika Waperdam III Chaerul Saleh menuduh PKI mempunyai rencana merebut kekuasaan negara tahap demi tahap. Tuduhan ini berdasarkan sebuah dokumen yang memaparkan rencana rahasia tersebut.

Akibat tuduhan Chaerul Saleh yang dekat dengan Partai Murba itu Aidit diperiksa oleh polisi militer. Kemudian Aidit menyuruh Sjam agar memerintah BC untuk menggagalkan perkara itu dan berhasil cemerlang dengan pembebasan Aidit.

Aidit juga meminta kepada BC agar mengontak jaringan militernya untuk membayangi pengawalan yang dilakukan militer saat dirinya bepergian ke luar kota. Aidit mengaku tidak percaya dengan pengawalan militer yang diberikan kepadanya.

Salah satu perwira yang berhasil direkrut BC adalah Supardjo. Dengan bantuan PKI, Supardjo menggelar taktik “Pagar Betis” tahun 1960 dalam memberantas pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dan berhasil dengan gemilang.

Menurut Heru Atmodjo, Supardjo terkesan dengan Sjam karena mengira dia pernah dikirim ke RRC sebagai komisaris politik untuk pasukan militer. Namun, informasi ini dibantah anggota BC yang mengenal Sjam. (FHD&ADE)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini