spot_img
Minggu, Mei 19, 2024
spot_img

Peneliti Hingga Ekonom Dunia Mencatat Keberhasilan SBY

IMF menggunakan PPP (Purchasing Power Parity) sebagai alat untuk membandingkan ekonomi Amerika dengan China karena PPP mengukur secara cukup akurat besarnya pemasukan dan pengeluaran real masyarakat didalam ekonomi domestik.  PPP di China diprediksikan akan naik dari $11.2 Trillion tahun 2011 menjadi $19 Trillion di tahun 2016 sedangkan Amerika akan tumbuh dari $15.2 Trillion ke $18.8 Trillion.

Hal itu diprediksikan akan mengawali turunnya sumbangan output Amerika atas dunia sebesar 17.7 % sedangkan China akan menyentuh 18% dan akan terus tumbuh-hingga batas tertentu – akibat produktifitas tinggi yang berasal dari faktor produksi yang murah dan kebijakan devaluasi. Padahal 10 tahun lalu ekonomi Amerika 3 kali lebih besar dari China (Goldman Sach).

- Advertisement -

Namun, disisi lain Nouriel Roubini (julukan internasional sbg Dr. Doom) Professor of Economics- menolak dengan tegas prediksi ini. Roubini mengatakan secara substansial Indonesia jauh lebih berpotensi untuk menjadi kekuatan baru ekonomi dunia. Hal senada juga diutarakan oleh Fitch (Jakarta Post). Di tahun 2030 Indonesia diprediksikan menjadi salah satu dari 6 negara terbesar di dunia.

Indonesia memiliki inflasi yang rendah-meskipun penulis merasa hal ini bukan indikator yang cukup akurat,karena inflasi Indonesia masih bersifat artificial akibat kebijakan subsidi BBM yang masih belom jelas arahnya-, debt to GDP ratio yang masih relatif rendah (31.5 persen), young demographics dan economy pro-growth at 6.5% di tahun lalu yang memberi ruang untuk terus tumbuh secara signifikan. Meskipun sektor ekspor diprediksikan akan turun akibat krisis global, penulis melihat konsumsi domestik dan foreign direct investment tetap bisa menjadi ‘kaki’ yang mengokohkan berdirinya ekonomi Indonesia.

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini