Namun lonjakan harga tanah ini bagai buah simalakama. Yati Dahlia dari suku asli Balik di daerah itu, telah mencoba untuk membeli tanah di suatu tempat di dekatnya setelah mengetahui rumahnya saat ini berada di lokasi gedung pemerintah yang akan dibangun.
Namun dia mengatakan harga telah melonjak menjadi Rp700 juta hingga Rp 1,2 miliar untuk sebidang tanah berukuran serupa di luar wilayah utama Nusantara. Harga ini naik 10 kali lipat dari kompensasi pemerintah untuk tanahnya dan gubuk kayu lapis biru tempat dia sekarang menjual makanan.
“Kami merasa (pemerintah) membunuh kami secara perlahan,” kata Yati, sebagaimana dikutip media tersebut.
Masyarakat Asli Tersingkir
Di sisi lain, Aljazeera menyorori persoalan penggusuran masyarakat adat oleh proyek ambisius tersebut. Salah satu yang terdampak adalah Sernai (68) yang tinggal di sebuah desa bersama sesama masyarakat adat Balik. Desa tersebut akan menjadi bagian dari IKN.