spot_img
Kamis, Mei 2, 2024
spot_img

Ganjar Dipasang Hadang Puan Sekadar Bola Tendang Jokowi?

Oleh: Damai Hari Lubis, Pengamat Hukum dan Politik Mujahid 212

KNews.id- Ganjar Pranowo, menjadi Capres 2024 jelas gaung utamanya nampak didukung oleh Mayoritas Kader dan Simpatisan  serta suara daripada akar rumput PDIP di Jawa Tengah, Ganjar tidak terdengar namanya selaku Bakal Capres 2024, di Pulau jawa, di Jatim, Jabar, DKI dan Banten, terlebih di Sumatera, Sulawesi, Kamjmantan, Maluku, Papua, NTT, NTB dan Bali, jikapun,kelak seiring waktu, ternyata siginifikan pendukunganya, apakah akan di tetapkan oleh Megawati ? Secara garis kepartaian hal yang mustahil disetujui oleh Megawati Sokarno Putri yang sudah mempersiapkan “trah ” Soekarno setelah dirinya pernah menjadi Presiden RI.

- Advertisement -

Lalu apakah Jokowi karena pengaruh jabatannya sebagai Presiden RI.selain sebagai sesama anggota partai PDIP ikut menyetujui Ganjar sebagai Capres 2024 ? Belum kedengaran dukungan suaranya, begitupun kubu senioren dari DPP. PDIP sampai dengan hari ini tidak ada satu orang pun yang nyaris terdengar, terkecuali suara pentolan para buzzer pendukung Jokowi, utamanya Denny Siregar dan kawan – kawan yang support Ganjar.

Dengan pembuka kata ” hanya Ganjar yang menyerupai Jokowi”, apakah ini sebagai ” bip ” atau signal restu Jokowi, ini dibutuhkan bukti pertimbangan yang ekstra seksama pada tahun depan di awal 2023, hanya tentunya saat ini gejala manuver buzzer fanatik Jokowi tentu dapat menjadi referensi atau sedikit gambaran dari sisi politik.

- Advertisement -

Bagaimana, dengan suara- suara wacana 3 periode Jokowi, perihal ini sudah ditanggapi oleh Jokowi seperti biasanya dengan pola ambigu atau ” malu-malu kucing “. Karena, walau dirinya berstatamen menolak  dengan kalimat ; ” yang menyampaikan ide tiga periode sama saja mempermalukan dirinya, bak menampar mukanya ” , namun disisi lain faktanya, pembiaran, tiada  teguran atau larangan yang dilakukannya, walau jelas – jelas dari faktor sistim hukum NRI, 3 periode identik dengan pernyataan kehendak negatif atau  mensrea ” makar ” terhadap Sistim Konstitusi, terlebih usulan itu datangnya dari empat orang yang masih duduk sebagai pejabat tinggi dikabinetnya.

Para menteri-menterinya serta merangkap tokoh – tokoh partai ; Luhut Binsar Panjaitan/LBP. Menkomarves, Bahlil Menteri Investasi, Erlanggar Hartarto menteri Kordinator Perkonomian, dan Zulfikar Hasan Menteri perdagangan, serta Muhaimin. Mereka dalam kedudukannya selain seorang menteri, Erlangga selaku Ketum DPP. Partai Golkar dan Zulkifli Hasan selaku Ketum DPP. PAN, serta Muhaimin Ketum DPP. PKB. LBP sebagai Petinggi Partai Golkar , yang menjabat struktural sebagai Ketua Dewan Penasihat DPP, Namun yang jelas suara – suara para menteri dan suara Para Ketum Partai tersebut menyiratkan bahwa mereka lebih baik mendukung Jokowi daripada Puan, sekalipun resikonya ekstra tragis, yakni melanggar konstitusi. Namun apa tanggapan Jokowi? cukup santai dan lugu ” itu gak apa-apa kan hanya sebuah wacana “. Lalu beberapa titik di daerah- daerah pun tetap menggeliatkan ide undur pemilu atau Jokowi presiden tiga periode.

- Advertisement -

Bagaimana dengan Prabowo selain juga sebagai Menhan dan Ketum Partai Gerindra, serta orang dekat Jokowi saat ini, yang sudah keras disuarakan oleh para Kader Partainya di DPP. Gerindra untuk menjadi Capres 2024, terkait tiga periode, Partai Gerindra senyap suara, yang ada hanya nada sumbang dari seorang Fadli Zon sepertinya, namun yang jelas Prabowo secara eksplisit nyatakan ” jika ia menjadi pemimpin akan meniru gaya kepemimpinan Jokowi ” , lalu jauh hari sebelumnya dirinya pernah menyatakan “saya angkat saksi bahwa Jokowi, he is right on track “.

Dan publik bangsa ini, masih mengingat dengan jelas, bahwa pada Hari Raya Pertama Iedul Fitri, 1443 Hijriah, Senin 2 Mai 2022, walau dalam kondisi larangan oleh Jokowi , agar masyarakat muslim ” tidak mengadakan halal bihalal dengan disertai makan dan minum, ” oleh sebab adanya regulasi Prokes Covid 19, namun dirinya tak menggubris, Prabowo tetap menyambangi Jokowi Sang Petugas Partai PDIP di Istana Negara, Gedung Agung, Jogjakarta, sekaligus berlebaran sambil menyantap hidangan bakso, tempe bacem dan opor ayam. Maka dari sudut pandang politik, bahwa Prabowo lebih mementingkan mengunjungi Jokowi daripada bertandang ke rumah Megawati Sang “.

Pemilik Partai “, yang nota bene, sama – sama berdomisili di Jakarta. Ini sebuah cermin, oleh sebab Prabowo dan Jokowi merupakan individu – individu sebagai para politisi, dan Prabowo memiliki signal kuat untuk dapat dinyatakan oleh publik sebagai bakal capres 2024, tentunya semua peristiwa ini sebagai langkah manuver politik atau intrik- intrik politik menghadapi Pemilu Pilpres 2024.

Apa resiko daripada pembiaran Jokowi terhadap sesama petugas partai atau tepatnya terhadap sosok biologis Puan sebagai ” seorang anak pemilik partai PDIP” yang punya minat prestisius di arena kompetisi pilpres 2024, yang ada kelihatan justru Jokowi nampak lebih mesra dengan Prabowo dibanding dengan Puan, atau mungkinkah karena berkembang isu, bahwa Megawati, dengan alasan melanggar sistim demokrasi.

Ia menolak ide LBP selaku corong Jokowi, yang menawarkan Puan menjadi Wapres, setelah ide diundurkanya Pemilu 2024 ( Caleg ) Pilpres disetujui anggota parlemen DPR RI, MPR RI dan DPD.RI, dari pemilu yang seharusnya ditahun 2024, lalu ( Puan ) menggantikan posisi Wapres KH.Maruf Amin, selain ( jika ) telah mendapatkan persetujuan politik di parlemen/ legislatif, juga akan disusul melalui legitimasi atau kebijakan hukum yang ilegal namun dilegalkan  ( melalui Perpres ) sedemikian rupa,  agar Puan sebelum tahun 2024 atau dengan masa perpanjangan jabatan Presiden 2023 – 2008 atau 2024 – 2029.

Sama dengan masa jabatan presiden dan wakil presiden 5 tahun, hal informasi terkait isu ini, sesuai informasi yang didapat publik secara transparan akan adanya gagasan undur pemilu  yang dimotori oleh LBP dan kroninya tersebut, dengan kemunculan dari berbagai gejala fenomena dan perkembangan politik, diantaranya LBP yang sounding ke publik dengan beberapa statemen, bahwa dirinya ” sudah mengantongi big data yang berisi 110 juta masyarakat negara ini yang menginginkan Pemilu 2024 ditunda “.

Kemudian ” wacana ” ini, dilanjutkan oleh gaung  kawan-kawannya dalam koalisi Kabinet Indonesia Maju ( Erlangga , Muhaimin, Zulhas dan Bahlil ) untuk wacana Jokowi 3 priode dengan cara undurkan pemilu pilpres  2024, selanjutnya publik pun menolak ” ambisi Jokowi” tersebut, yang disampaikan selain melalui LBP, juga di blow up para menteri koalisinya yang berasal daripara Ketum Partai pendukung di Kabinet Indonesia Maju Jilid II.

Maka secara benang merah politik, tentu ada causalitas, dari seorang Ganjar yang tertolak, yang ujug-ujug banyak anggota akar rumput PDIP dan Gaung buzzer dari para Pendukung setia Jokowi, yang menginginkan Ganjar Capres, hanya karena faktor ; ” Sifat atau jatidiri Ganjar yang paling mirip dengan Jokowi”. Namun mungkin lacur ( sial ) massa yang berpihakan kepada Jokowi untuk 3 periode, terganjal oleh sebab konstitusi, maka tamat untuk dirinya menjadi presiden 3 kali,(tiga periode).

Tentunya  karena selain tertolak oleh prinsip dasar konstitusi atau sistim hukum NKRI termasuk gemuruh suara penolakan dari publik, juga ” nyatanya ditolak mentah – mentah oleh pemilik partai PDIP ” Megawati Soekaro Putri, maka, setelah penolakan Jokowi 3 Periode ini, tentunya apalah artinya seorang Ganjar yang tak berpartai, jika Seorang Megawati memberhentikanya oleh sebab tidak mematuhi atau membangkang keputusan partai, sebagai seorang yang ingin berkompetisi secara ilegal, sehingga boleh jadi dianggap mensabotase keputusan legal Partai terhadap Putrinya Puan Maharani sebagai capres dari partai PDIP.

Maka jika seperti ini faktanya, walau Jokowi pada awalnya, sepertinya hanya tes water melalui Ganjar atau hanya ingin mem-pressure partainya bernaung, disertai iming kursi wapres kepada Puan, namun tertolak oleh Megawati. Maka bila diibaratkan sebuah bola, jadilah Ganjar sebagai korban yang sudah ditendang dan  melambung, namun tak tidak gol.

Sehingga hanya menjadi korban ” sebagai bola kempis yang ditendang, namun sia-sia menyimpang diluar mistar gawang “. Kemudian Prabowo yang akan maju menjadi presiden dan jokowi yang tak mau kehilangan kekuasan serta kepribadiannya yang selama ini diketahui publik sebagai individu yang ” tahan malu”, dan tidak ingin terpuruk power syndrome, maka dirinya akan mempertahankan dominasi yang pernah ia peroleh dan utamanya harga diri, maka dirinya perlu tetap berada dilingkaran kekuasaan, termasuk yang utama adalah antisipasi tuntutan hukum terhadap dirinya kelak, atas kekeliruan dan atau kesalahannya selama menjabat presiden didua periode (2014- 2019 dan 2019-2024), termasuk untuk pengawalan atau menjaga keselamatan sanak keluarganya, tentu Jokowi bersedia dan berharap untuk menjadi Wapres 2024 – 2029 yang tentunya mesti melewati pemilu pilpres di 2024, sebagai Bakal Cawapres dengan berpasangan Bakal Capres Prabowo pada Pemilu Pilpres  2024-2029.

Apakah bahan kompensasi Jokowi, sehingga Prabowo mau menggandeng dirinya ? Bahwa selama 10 tahun berkuasa Jokowi telah menanam pada kroni – kroni penguasa dan pengusaha atau kelompkk kecil yang menjadi berkuasa ( oligarki ) mereka lah yang akan menjadi donasi untuk membantu  anggaran atau dana Capres Prabowo – Jokowi saat jelang pilpres 2024.

Lalu apakah Puan ” rela dikhianati ” akan mundur atau justru melanjutkan minat pencapresannya di 2024 ? Tentunya Puan tetap akan maju melangkah, walau harus berposisi bersanding terpaksa terbalik, oleh sebab politik sakit hati terhadap Jokowi dan Ganjar yang dianggap penghianat partai, termasuk terhadap PS. Oleh sebab selain dianggap sebagai sisa-sisa orde baru ,yang mereka rangkul oleh sebab kebutuhan politik dan “devide empera” yang menguntungkan terhadap kekuatan khususnya barisan ummat muslim, umumnya, kekuatan yang berada daripada komponen partai serta Kelompok 212.

Sebuah Kelompok Besar yang lahir dan dibesut Habib Rizieq Shihab/ HRS, Seorang Ulama Besar dan Terkemuka serta terkharismatik di Tanah Air, dan sejatinya Beliau juga salah seorang aset muslim terbesar dunia abad ini, yang data dan  fakta hukumnya, dirinya dan para ulama serta para pengikutnya serta simpatisannya sebagai kelompok berbasis ummat muslim dan nasionalis dari para pendukung Prabowo, kala Pilpres di 2019, namun kini telah merasakan ” buah pengkhianatan ” Prabowo, menurut versi Alumni Gerakan Moral 212 (2 Desemeber 2016) yang bernaung di PA. 212 dan para anggota serta simpatisannya, dan oleh sebab mayoritas riil minat disertai emosi dan sentimentil politik bangsa ini terhadap kebijakan politik Jokowi Periode 2014, 2019 – 2024, maka kelompok hasil binaan dan besutan HRS, Sang Ulama Besar ummat muslim negeri ini, yakni Kelompok PA 212, yang terangkum diantaranya sebagai Kelompok FPI/ Front Pesaudaraan Islam dan GNP.

Ulama/ Gerakan Nasional Pembela Ulama,  maupun daripada komponen dan atau organisasi kelompok muslim model Pendukung lainnya semacam HRS Centre, Korlabi ( Koordinator Pelaporan Bela Islam )  dan juga kelompok nasionalis lainnya yang ada di tanah air , diantaranya AAB/ Aliansi Anak Bangsa serta banyak komponen atau kelompok lainnya yang menyatakan diri sebagai kelompok yang setia dan patuh dibawah arahan dan ” panji HRS “, maka Puan tentunya akan melirik HRS Sang Imam Besar. Tentunya dan selebihnya atas dasar perolehan fantastic kursi 19, 33 prosen, maka Puan memang jelas berkesempatan besar tuk terus maju melangkah sebagai Capres, bahkan mengalahkan siapapun pasangan lawannya di Pilpres 2024, dengan catatan jika Puan sebagai Cawapres dan Anies Baswedan, yang ditengarai adalah loyalis HRS sebagai Capresnya.

Oleh sebab selain Anies tidak berkenan menjadi Cawapres, tentunya terlarang atau tidak akan dapat restu ulama besar dan kharismatik bangsa di negeri ini, yakni HRS. Yang punya makna secara politis psikologis dan geopolitik serta sosiologis, hal ini dapat terjadi jika Pasangan Capres Anies – Cawapres Puan. Nilai positif atau lebih lainnya, perpaduan pasangan Anies dan Puan, juga sebuah perpaduan yang elok, wujud implementasi yang repsentatif ( penerapan pendelegasian), sehingga positif pada kesatuan dan persatuan bangsa.

Setidak -tidaknya akan meminimalisir keberlanjutan persilangan pemahaman politik  antara anak bangsa dan terpenting mencairkan atau mendingin sejukan ummat muslim umumnya daripara pengikut Sang Imam Besar riil negeri ini, terhadap kelompok yang mengidentifikasikan jatidiri mereka sebagai Barisan Setia Pengikut Soekarno, mantan Presiden RI Pertama, dan tercatat sebagai salah seorang, Proklamator  Kemerdekaan RI pada  17 Agustus 1945.

Akhirnya estimasi politik, pada Pilpres  2024 bisa jadi Koalisi Kabinet Jokowi terjadi ecross  atau bersilangan dengan PDIP yang justru akan berkoalisi  dengan ” seteru politiknya ” PKS, sehingga terwujud afiliasi atau kompromi temporer atau dukungan sementara pada pasangan calon yang  sifatnya khusus hanya untuk meraih kemenangan Capres pada pilpres 2024 – 2029, dan deal-deal politik jika mereka yang berafiliasi meraih kemenangan, bahkan dengan rasa persatuan dan kesatuan demi kebutuhan bangsa yang kompherensif akan lebih menjurus ke hal-hal yang lebih nyata dan konkret. Kembali terkait kompromi politik antara  PDIP dan PKS, bisa jadi juga akan  bersama – sama dengan Demokrat, diikuti Nasdem yang saat ini masih tetap hati – hati berdiri dipersimpangan terhadap pendukungan capres yang memang semua masih samar – samar Vs. Golkar, Gerindra, PAN PKB, dan PPP. Apa yang akan terjadi sebenarnya, siapa Capres, lalu siapa – siapa masing – masing partai pendukungnya, publik masyarakat Indonesia ,harap sabar menunggu ( wait and see ) kelak saatnya dapat melihat kepastian prediksi politik ini, jelang September 2023 atau pada pasca tahun 2023 atau pra bulan di tahun 2024. (AHM)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini