spot_img
Jumat, Mei 17, 2024
spot_img

Was-was Perang Dunia III, Belarusia Meminta Senjata Nuklir kepada Rusia!

KNews.id- Belarusia, sekutu utama Kremlin, meminta senjata nuklir pada Rusia . Permintaan muncul setelah pemimpin negara itu, Alexander Lukashenko, khawatir Barat akan menyeret Rusia dalam Perang Dunia III . Belarusia pada pagi ini (28/2) mengadakan referendum yang menyetujui sebuah konstitusi baru.

Salah satu amandemen konstitusi itu adalah menghilangkan status non-nuklir yang melekat pada negara tersebut. Lebih dari 60 persen dari mereka yang memberikan suara di Belarusia ingin negara itu melepaskan status non-nuklirnya.

- Advertisement -

Lukashenko bersikeras sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat, termasuk Inggris dan Amerika Serikat (AS), mendorong invasi Moskow ke Ukraina.

“Sekarang banyak pembicaraan yang menentang sektor perbankan, gas, minyak, SWIFT,” katanya.

- Advertisement -

“Ini lebih buruk dari perang. Ini mendorong Rusia ke dalam Perang Dunia III,” katanya, seperti dikutip The Sun. “Kita perlu menahan diri di sini agar tidak mendapat masalah. Karena perang nuklir adalah akhir dari segalanya,” ujarnya.

Sebelumnya, Lukashenko telah memperingatkan perang di Ukraina akan “menjadi penggiling daging” jika terus berlanjut.

- Advertisement -

“Konflik di Ukraina adalah ujung yang tipis. Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan. Jika terus seperti ini, yang terburuk akan terjadi,” katanya.

“Dia (Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky) tidak akan disembunyikan di bunker Amerika atau bunker lainnya. Itu sebabnya perang harus diakhiri hari ini,” paparnya.

“Saya bahkan tidak akan menyebutnya perang. Ini adalah konflik. Perang akan berlangsung selama satu-dua hari, tetapi akan ada penggiling daging dalam tiga hari,” imbuh dia.

Itu terjadi ketika pembicaraan damai akan diadakan antara Ukraina dan Rusia. Kesepakatan untuk berunding itu dikonfirmasi Presiden Volodymyr Zelensky hari ini.

Di sisi lain, Putin telah memerintahkan kepala pertahanan Rusia untuk menempatkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi. Alasannya, sikap negara-negara Barat sudah tidak bersahabat dengan Rusia termasuk menjatuhkan rentetan sanksi yang tidak sah.

Para diplomat dari Keiv dan Moskow akan bertemu “tanpa prasyarat” di dekat Sungai Prypyat di perbatasan Belarusia.

Kantor Presiden Zelensky mengatakan pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko telah mengambil tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua pesawat, helikopter, dan rudal yang ditempatkan di wilayah Belarusia tetap berada di darat selama perjalanan, pembicaraan, dan kepulangan delegasi Ukraina.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pembicaraan itu diadakan setelah percakapan antara Zelensky dan Lukashenko setelah dikhawatirkan Belarusia sedang mempersiapkan pasukannya untuk bergabung dengan invasi Moskow.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, dia berkata: “Hari ini, kami sangat dekat dengan masuknya angkatan bersenjata Belarusia ke dalam perang. Inilah sebabnya mengapa Presiden Zelensky dan Presiden Lukashenko berbicara hari ini.” “Kami harus mempertahankan sayap utara kami dan kami harus meminimalkan ancaman yang datang dari sana,” ujarnya.

“Jadi kami setuju untuk mengirim delegasi ke lokasi di perbatasan Ukraina-Belarus dan kami pergi ke sana untuk mendengarkan apa yang dikatakan Rusia.” Dia mengatakan para diplomat akan bertemu “tanpa kesepakatan awal” tentang apa hasil pembicaraan itu.

“Kami pergi ke sana untuk mengatakan apa yang kami pikirkan tentang perang ini dan tindakan Rusia,” imbuh Kuleba. “Saya pikir fakta bahwa Rusia ingin berbicara tanpa prasyarat atau ultimatum apa pun, tanpa tuntutan apa pun yang ditujukan kepada Ukraina, sudah merupakan kemenangan bagi Ukraina,” katanya.

Zelensky sebelumnya menolak untuk bernegosiasi di Belarusia, tetapi menurut Kuleba, presiden Belarusia mengatakan kepadanya bahwa “tidak akan ada langkah seperti itu” selama pembicaraan yang direncanakan berlangsung ke depan.

Tetapi Zelenskyy mengakui bahwa dia tidak yakin dengan resolusi positif dari pembicaraan tersebut, dengan mengatakan: “Saya tidak terlalu percaya pada hasil pertemuan ini, tetapi biarkan mereka mencoba, sehingga nantinya tidak ada satu pun warga Ukraina yang ragu bahwa saya, sebagai presiden, mencoba menghentikan perang.” Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menggemakan keprihatinannya ketika dia mengatakan dia meragukan ketulusan pembicaraan-menyebut invasi itu sebagai “malapetaka”.

“Presiden Putin telah memutuskan untuk mengobarkan perang melawan rakyat Ukraina. Dia menimbulkan kesengsaraan yang tak terhitung, kekerasan, penderitaan pada populasi yang sama sekali tidak bersalah,” katanya. “Jika dia ingin berhenti, jika dia ingin mundur, jika dia ingin bernegosiasi, itu berita yang sangat bagus.

Saya memiliki keraguan saya, saya harus memberitahu Anda. Tidak ada yang saya lihat sejauh ini dalam perilakunya yang membuat saya berpikir bahwa dia mungkin tulus,” paparnya. (AHM/sindw)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini