spot_img
Minggu, April 28, 2024
spot_img

Rating Indonesia di Islamic Finance Meroket Menjadi No.2

KNews.id- Aset keuangan Islam global diperkirakan mencapai US$ 3,69 triliun pada tahun 2024, sementara peringkat Indonesia di industri keuangan global Islam juga merangsek paling tinggi ke posisi 2 di tahun ini, dari tahun sebelumnya di posisi 4 dunia.

Hal ini diungkapkan dalam Laporan Perkembangan Keuangan Islam 2020 (2020 Islamic Finance Development Report) yang dirilis 9 Desember oleh Refinitiv dan Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD), pengembangan sektor swasta yang menjadi bagian dari Islamic Development Bank (IsDB)

- Advertisement -

Menurut laporan tersebut, yang aset keuangan Islam global meningkat 14% year-on-year dengan total US% 2,88 triliun pada 2019. Aset keuangan Islam dari Gulf Cooperation Council (GCC) atau Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Teluk mencapai US$ 1,2 triliun pada 2019, diikuti oleh Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) sebesar US$ 755 miliar (tidak termasuk GCC), dan Asia Tenggara sebesar US$ 685 miliar.

Sektor perbankan Islam menyumbang sebagian besar aset Keuangan Islam global. Sektor ini tumbuh 14% pada 2019, setara dengan US$ 1,99 triliun aset global. Jika dilihat dari sisi pertumbuhan, hanya 1 persen dibanding 2018 dan pertumbuhan tahunan rata-rata 5% selama periode 2015 hingga 2018.

- Advertisement -

Menurut laporan itu, lima negara maju teratas dalam kaitannya dengan keuangan Islam adalah Malaysia, Indonesia, Bahrain, UEA (Uni Emirat Arab), dan Arab Saudi. Tahun ini, Indonesia menunjukkan salah satu peningkatan paling menonjol dalam Indikator Pengembangan Keuangan Islam (Islamic Finance Development Indicator/IFDI), naik ke posisi kedua untuk pertama kalinya karena peringkat pengetahuan dan kesadarannya yang tinggi akan keuangan Islam. Posisi Indonesia naik di posisi 2 di tahun ini, dari peringkat 4 di tahun 2019.

“Kurangnya data yang relevan dan dapat ditindaklanjuti telah menahan industri keuangan Islam terlalu lama. Itulah mengapa Indikator Pengembangan Keuangan Islam sekarang menjadi alat yang penting bagi pembuat kebijakan dan pelaku pasar,” kata David Craig, CEO Refinitiv, dikutip dari siaran pers.

- Advertisement -

“Pasar ini sudah bernilai hampir US$ 3 triliun dan saya senang dengan masa depannya, terutama dalam hal Sukuk dan karena keuangan Islam memiliki banyak kesamaan dengan keuangan berkelanjutan-salah satu tren paling signifikan dalam bisnis global saat ini,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ayman Sejiny, CEO ICD, mengatakan pihaknya percaya bahwa analisis dan informasi yang diberikan dalam laporan tahun ini akan berfungsi sebagai titik referensi penting untuk kondisi industri keuangan Islam selama masa-masa sulit ini.

“Dan kami tetap yakin bahwa keuangan Islam dapat memainkan peran utama dalam mengurangi konsekuensi sosial dan ekonomi dari pandemi Covid-19,” katanya.

Laporan tersebut mencakup 135 negara dan didasarkan pada lima metrik utama yang terdiri dari Perkembangan Kuantitatif, Pengetahuan, Tata Kelola, Kesadaran, dan Tanggung Jawab Perusahaan dan Sosial (CSR). Menurut laporan tersebut, Green and Socially Responsible Investments (SRI) meningkat di UEA dan Asia Tenggara pada tahun 2020.

Pandemi ini mengubah kondisi pasar karena beberapa bank syariah melaporkan kerugian dan mengurangi keuntungan sepanjang tahun ini. Pandemi juga telah menyebabkan pertumbuhan di beberapa area industri karena beberapa regulator beralih ke keuangan Islam untuk mengurangi dampak ekonomi.

Penerbitan sukuk perusahaan juga meningkat setelah aksi penerbitan instrumen keuangan syariah ini sempat terhenti pada kuartal pertama tahun 2020. Laporan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mengambil keuntungan dari biaya pinjaman yang rendah untuk menopang keuangan mereka, sementara pandemi terus menghantam perdagangan dan ekonomi.

Sebagai catatan, Refinitiv adalah salah satu penyedia data dan infrastruktur pasar keuangan terbesar di dunia, melayani lebih dari 40.000 lembaga di lebih dari 190 negara. Sementara ICD adalah lembaga keuangan pembangunan multilateral dan merupakan anggota dari Grup Bank Pembangunan Islam (IsDB).

ICD didirikan pada November 1999 untuk mendukung pembangunan ekonomi negara-negara anggotanya melalui penyediaan pembiayaan untuk proyek-proyek sektor swasta, mempromosikan persaingan dan kewirausahaan, memberikan layanan konsultasi. (Ikh)

Sumber: CNBCIndonesia

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini