spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

Media RRC: Target Rusia Bukan Menghancurkan Ukraina tapi…

KNews.id- Perang Rusia di Ukraina dilaporkan tidak hanya menargetkan untuk menghancurkan Kyiv, tetapi juga pihak-pihak lain. Dampak besar seperti krisis pangan, ekonomi, dan gas juga dirasakan oleh Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Media China Global Times melaporkan ketika AS memandu aliansi Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, ini malah semakin menyeret Eropa ke dalam krisis energi dan kesulitan ekonomi.

- Advertisement -

Sebagaimana diketahui, sebelum perang berlangsung dan deretan sanksi diberikan ke Moskow, sebagian besar negara-negara Eropa sangat bergantung pada energi dari Rusia.

Media tersebut, mengutip para ekonom, juga melaporkan kini banyak negara Eropa berada di ambang kekacauan ekonomi, dengan inflasi yang meroket. Risiko yang lebih besar juga membayangi benua itu, sebab Eropa menjauh dari strateginya untuk mandiri, sementara daya saing industrinya akan tertinggal jika terlalu bergantung pada produk AS.

- Advertisement -

“Eropa adalah korban penting dari krisis Ukraina,” kata Wang Yiwei, direktur Institut Urusan Internasional di Universitas Renmin China, mengatakan kepada Global Times.

Dalam beberapa bulan terakhir, masalah ekonomi yang dihadapi oleh Eropa berulang kali menjadi berita utama. Ini terjadi karena ekonomi Eropa menghadapi lonjakan inflasi pada komoditas mulai dari gas, mobil hingga makanan.

- Advertisement -

Ini terjadi karena pasokan energi dari Rusia berkurang di tengah konflik Rusia-Ukraina. Secara khusus, Rusia telah mengurangi aliran gas ke Eropa selama konflik, sementara para pemimpin Uni Eropa juga dilaporkan berencana untuk memblokir sebagian besar impor minyak Rusia pada akhir tahun 2022 untuk menghukum negara tersebut.

Global Times juga menulis jika konfrontasi tersebut menempatkan Eropa pada situasi krisis energi yang sangat berbahaya, karena biasanya UE mengimpor sekitar 40% dari total konsumsi gasnya dari Rusia.

“Para ahli menekankan bahwa meskipun hubungan tegang antara Eropa dan Rusia dipicu oleh perasaan tidak aman Eropa terhadap Rusia, hal itu juga diperparah oleh hasutan AS, karena hanya membayar lip service kepada UE bahwa itu akan membantu UE mengurangi ketergantungan energi pada Rusia,” tulis media Global Times.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk memberikan tambahan 15 miliar meter kubik gas alam cair (LNG) ke Uni Eropa tahun ini, mewakili sekitar sepersepuluh dari gas yang sekarang didapat Uni Eropa dari Rusia.

Yang Chengyu, wakil peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan kepada Global Times bahwa seruan AS untuk sanksi terkait Rusia sebagian didorong oleh niatnya untuk mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, termasuk meningkatkan ekspor produk LNG dan minyak ke Eropa.

Di sisi lain, Yang juga mengatakan banyak harga komoditas lain juga naik di Eropa akibat krisis Ukraina, yang memicu kekacauan sosial. Ia mencatat bahwa negara-negara Eropa telah cukup bergantung pada impor gandum dari Rusia dan Ukraina, yang merupakan salah satu alasan utama di balik inflasi baru-baru ini di Eropa. (AHM/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini