spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Jokowi Memilih Mundur atau Kabur?

Oleh: Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)

KNews.id- Saat ini, ada dua pelajaran penting dari peristiwa politik internasional yang dapat diambil hikmahnya. Pertama, peristiwa pengunduran diri PM Malaysia Muhyiddin Yasin. Kedua, peristiwa kaburnya Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

- Advertisement -

Muhyiddin Yassin resmi mundur sebagai Perdana Menteri Malaysia pada Senin (16/8), dan menyampaikan pidato perpisahan yang disiarkan televisi. Muhyiddin mundur setelah baru 17 bulan menjabat, akibat kekacauan politik dan derasnya kritik penanganan Covid-19.

Para sekutu menarik dukungan untuknya, dan Muhyiddin pun menjadi PM Malaysia dengan masa jabatan tersingkat sepanjang masa. Setelah mengajukan pengunduran dirinya kepada raja, pria berusia 74 tahun itu menyinggung musuh-musuh dalam koalisinya di pidato perpisaham.

- Advertisement -

“Saya bisa saja mengambil jalan keluar yang mudah dengan mengesampingkan prinsip saya untuk tetap sebagai perdana menteri, tapi itu bukan pilihan saya,” katanya dikutip dari AFP.

Sementara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memilih kabur dengan membawa sejumlah harta. Kedutaan Besar Rusia di Kabul mengatakan bahwa Presiden Ashraf Ghani telah meninggalkan Afghanistan dengan empat mobil dan satu helikopter yang dipenuhi uang tunai, bahkan ia harus meninggalkan sejumlah uang karena tidak semuanya muat.

- Advertisement -

“Empat mobil penuh dengan uang, mereka coba memasukkan sebagian uang itu ke dalam helikopter, tetapi tidak semuanya muat. Dan sebagian uang itu dibiarkan tergeletak di landasan,” kata juru bicara kedutaan Rusia di Kabul, Nikita Ishchenko, seperti dilaporkan kantor berita RIA, Senin (16/8).

Adapun Presiden Jokowi, dapat menjadikan dua peristiwa politik internal ini sebagai referensi kebijakan. Apakah akan memilih mundur seperti PM Malaysia, atau kabur seperti Presiden Afghanistan.

Kalau Jokowi memilih mundur, dengan senang hati saya siap menyusunkan naskah pidato pengunduran dirinya dengan gaya bahasa paling ciamik. Dipastikan, Jokowi tetap berwibawa dalam menyampaikan pidato pengunduran dirinya dan akan dikenang rakyat sebagai sosok negarawan.

Namun, jika Jokowi memilih kabur saya tidak punya referensi negara mana yang paling aman untuk mencari suaka politik. Hanya perlu diberitahukan, kemarahan rakyat atas kegagalan Jokowi cepat atau lambat akan menemukan momentumnya untuk diluapkan.

Yang jelas, kalau kabur Jokowi akan kehilangan masa depan, dianggap pecundang baik oleh mitra maupun lawan sebagaimana dialami oleh Ashraf Ghani. Kalau mau berlogika sehat, tentu lebih baik memilih mundur daripada kabur. Akankah Presiden Jokowi mundur ? atau perlahan, padat saatnya akan kabur ? Wallahu a’lam. (AHM/SN)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini