Di samping menyimpang dari Konstitusi juga mengkhianati perjuangan Bung Karno yang konsisten dan tegas menolak Israel. Jokowi, juga Gibran, telah berkhianat pada partai yang telah mengusung dan melindunginya PDIP. Penolakan PDIP atas Israel ternyata tidak diikuti dan dijalankan oleh “kadernya” yang bernama Jokowi.
Ada lagi sebuah pukulan “upper cut” yang dapat menggoyahkan. Ternyata peristiwa Kanjuruhan itu dibaca oleh FIFA sebagai tragedi yang monumental. FIFA akan ikut tertawa ketika dinyatakan bahwa penyebab kematian 135 penonton itu disebabkan oleh angin. Gas air mata yang terbawa angin. Sungguh Pengadilan pamer kebodohan telah diperlihatkan di mata dunia.
FIFA merasa perlu untuk terus membimbing PSSI “in the transformation process of Indonesian football following the tragedy that occurred in October 2022”. Pencabutan Indonesia sebagai tuan rumah oleh FIFA adalah keputusan politik. FiFA biasa mencampuradukkan politik dengan olahraga. Ingat pencoretan Rusia saat Piala Dunia di Qatar baru-baru ini.
Jokowi juga telah mencampuradukkan politik dengan olahraga. Buktinya ia memaksakan dua Menteri untuk menjabat Ketum dan Waketum PSSI yaitu Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Olahraga Zaenudin Amali. Mungkin keinginan Jokowi jika Erick Thohir sukses menyelenggarakan Piala Dunia U-20 maka Erick Thohir akan sukses pula menjadi Presiden atau Wakil Presiden RI. Untuk menjadi boneka Jokowi atau oligarki.