spot_img
Sabtu, Mei 4, 2024
spot_img

Inflasi Bank Mandiri 2021, Diperkirakan di Bawah Dua Persen

KNews – Inflasi Bank Mandiri 2021 diperkirakan di bawah 2%. Bank Mandiri melihat inflasi di sepanjang tahun 2021 berada di bawah kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3% plus minus 1%.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, inflasi pada tahun 2021 sebesar 1,83% yoy. Namun, meski berada di bawah kisaran sasaran BI, inflasi pada tahun ini lebih tinggi daripada inflasi pada akhir Desember 2020 yang sebesar 1,68% yoy.

- Advertisement -

Inflasi di akhir tahun lalu juga didorong oleh inflasi bulan Desember 2021 yang sebesar 0,53% mom. Ini lebih tinggi dari inflasi November 2021 yang sebesar 0,37% mom, pun lebih tinggi dari Desember 2020 yang sebesar 0,45% mom.

“Hal ini terutama didorong oleh faktor musiman akhir tahun dan relaksasi PPKM sehingga mendorong mobilitas dan konsumsi masyarakat setidaknya pada makanan, transportasi, restoran dan layanan rekreasi,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id.

- Advertisement -

Sehubungan dengan hal itu, Faisal memperkirakan harga pangan akan menyumbang 0,29% poin terhadap inflasi Desember 2021 dan biaya transportasi memberi andil 0,15% poin.

Untuk kelompok pengeluaran bahan makanan, kenaikan harga paling banyak disumbang oleh peningkatan harga cabai rawit, cabai merah, minyak goreng, dan telur ayam.

- Advertisement -

Ke depan, Faisal yakin tren inflasi akan terus meningkat ke depan. Tekanan inflasi dari sisi permintaan (demand-pull inflation) akan berlanjut di tahun 2022, seiring dengan membaiknya mobilitas masyarakat, pelonggaran PPKM, dan progres vaksinasi yang cepat.

Hal-hal tersebut akan meningkatkan perputaran uang yang juga kemudian memicu peningkatan inflasi.

Sedangkan dari sisi penawaran (cost-push inflation), juga cenderung meningkat karena Indeks Harga Produsen (IHP) dan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sudah berada di atas inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK).

Tekanan kenaikan lainnya untuk inflasi pada tahun depan adalah kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10% menjadi 11%, kenaikan tarif angkutan umum, cukai hasil tembakau, dan penghapusan BBM Premium.

Akan tetapi, harga emas diperkirakan turun di tengah pengetatan likuiditas global, pun dengan harga kelompok pengeluaran kesehatan, serta informasi dan komunikasi diperkirakan menurun seiring dengan transisi dari pandemi ke endemi.

Secara keseluruhan, Faisal memperkirakan inflasi pada tahun 2022 akan meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 3,30% yoy. (RKZ/kkci)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini