KNews.id- Gambar mikroskop elektron transmisi ini menunjukkan SARS-CoV-2. Sebuah perintah baru yang disampaikan pada 16 Januari, pejabat di kota Wuhan dan wilayah lain di China kemudian mendapatkan alat pengujian diagnostik virus corona yang telah disetujui. Mereka juga mendapat izin untuk mulai mengonfirmasi kasus baru di wilayah mereka.
Hal tersebut membuat jumlah kasus virus corona melonjak di China. Lusinan kasus baru kemudian mulai muncul. Beberapa di antaranya merupakan pasien COVID-19 yang telah terinfeksi, tetapi belum diuji.
Pada 20 Januari, Presiden Xi mengeluarkan komentar pertamanya ke publik tentang virus corona. Dia mengatakan wabah ini “harus ditanggapi dengan serius”.
Pada hari yang sama, seorang ahli epidemiologi China terkemuka, Zhong Nanshan, juga mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa virus corona dapat ditularkan dari orang ke orang. Petugas medis berpakaian hazma merawat pasien di salah satu rumah sakit di Wuhan, China.
Penundaan pengumuman selama enam hari nyatanya sangat krusial dalam persebaran awal virus corona. Menurut dokumen internal yang didapat Associated Press, 3.000 orang telah terinfeksi selama periode tersebut.
Sebuah laporan dari CDC di China pada Februari 2020 juga menyebut bahwa virus corona telah menyebar secara masif dari provinsi Hubei, ground zero munculnya wabah, ke wilayah China lain dalam kurun waktu 30 hari sejak pertengahan Januari 2020.
“Ini luar biasa. Jika mereka mengambil tindakan enam hari sebelumnya, akan ada jauh lebih sedikit pasien dan fasilitas medis sudah cukup,” kata Zuo-Feng Zhang, seorang ahli epidemiologi di University of California, kepada Associated Press.
“Semakin dini Anda bertindak semakin mudah Anda mengendalikan penyakit ini,” sambungnya.
Pandangan berbeda disampaikan oleh ahli epidemiologi lain. Menurut Benjamin Cowley, ahli epidemiologi dari Universitas Hong Kong, pengumuman pandemi ke masyarakat dapat jadi hal sulit untuk pejabat.
Menurutnya, kredibilitas pejabat kesehatan bisa rusak jika mereka mengumumkan bahaya lebih awal. Pengumuman bahaya lebih awal juga mungkin dapat melumpuhkan kemampuan pejabat kesehatan untuk memobilisasi masyarakat, kata Cowley kepada Associated Press.
China sendiri terkenal dengan kontrol informasi yang kaku, dengan birokrasi yang rumit, dan komando terpusat yang enggan menyampaikan berita buruk. Namun, sikap tersebut justru menjadi bumerang karena masyarakat bisa tidak mengenali kemungkinan bahaya pandemi di hadapan mereka.
Menurut catatan Associated Press, tanpa komando dan instruksi yang disampaikan pemerintah pusat China, para pejabat kesehatan di daerah tidak memahami potensi bahaya virus corona. Wujud asli virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19.
Kecerobohan untuk bermain-main dengan potensi bahaya virus corona tak hanya dilakukan oleh pemerintah China. Kita juga dapat melihat contoh kecerobohan tersebut di Indonesia, di mana pejabat pemerintah sempat terlihat tidak serius dan melontarkan pernyataan non-ilmiah di hadapan masyarakat.
Pemerintah China bertanggung jawab kepada masyarakatnya untuk mengatasi kecerobohan yang mereka buat. Pada 23 Januari 2020, mereka melakukan lockdown atau karantina wilayah untuk mencegah transmisi yang lebih masif, protokol yang saat ini menjadi opsi terbaik yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Mereka mungkin tidak mengatakan hal yang benar, tetapi mereka melakukan hal yang benar,” kata Ray Yip, pensiunan pendiri kantor Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS di China, kepada Associated Press. “Pada tanggal 20, mereka membunyikan alarm untuk seluruh negara, yang bukan penundaan yang tidak masuk akal.” (FT&DBS)