spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

BMKG Ungkap Kondisi Cuaca ketika SJ 182 Terbang

KNews.id- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membeberkan kondisi cuaca kala pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terbang sebelum kemudian hilang kontak dan dipastikan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.

Menurut BMKG, pada pukul 14.40 WIB hari Sabtu (9/1), terdapat awan cumulonimbus (Cb) dengan radius bentangan awan sekitar 15 km dan suhu puncak awan mencapai minus 70 derajat Celsius, sehingga pesawat mengalami goncangan atau turbulance kuat ketika melewati awan itu.

- Advertisement -

Menurut Peneliti Petir dan Atmosfer, Deni Septiadi, data observasi BMKG Cengkareng juga menunjukkan bahwa kala itu terjadi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dengan jarak pandang hanya dua kilometer. Meski begitu, situasi tersebut disebut layak untuk take off maupun mendarat.

Selain itu, arah angin di sekitar pesawat hilang dari level permukaan (1.000 hpa) persisten dari barat laut, kemudian pada ketinggian 3.000 m (700 hpa) persisten dari barat daya. Artinya, menurut Deni, dari sisi angin sebenarnya tidak memiliki indikasi cross wind yang berarti.

- Advertisement -

“Beberapa hal yang memungkinkan pesawat stall secara ekstrem dalam satu menit adalah pesawat tidak memiliki daya angkat kemungkinan akibat gagal mesin,” tulis Deni dikutip dari keterangan pers yang diterima CNNIndonesia.com, Ahad, (10/1).

“Sementara cuaca buruk atau adanya sel Cb juga memengaruhi kondisi aerodinamis akibat turbulensi sehingga mengganggu dan memengaruhi performa pesawat dan dapat mengarah pada gagal mesin,” tambahnya.

- Advertisement -

Beralih ke aspek petir. Deni mengatakan, karena ada kumpulan Cb dan suhu puncak awan mencapai minus 70 derajat Celsius, maka petir menjadi hal yang patut dikhawatirkan.

Namun dengan teknologi sekarang ini, baik pesawat pabrikan Boeing maupun Airbus, bodi pesawat terdiri dari komposit dan memiliki static discharge yang akan mengalirkan arus berlebih petir melalui sayap dan ekor pesawat sebagaimana efek Faraday.

Pesawat akan mengalami gangguan kelistrikan apabila arus petir dapat masuk ke dalam sistem pesawat. Namun secara teori, pesawat masih bisa glading (melayang) meskipun mesin dalam keadaan mati.

Sejauh ini, operasi SAR jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus mendapatkan berbagai temuan, baik barang, bagian pesawat, hingga bagian tubuh korban di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Ahad (10/1).

“Rubber Inflatable Boat (RIB) KN SAR Wisnu merapat ke Posko Terpadu JICT 2 membawa 3 kantong berisi serpihan pesawat dan 5 kantong berisi body part korban,” demikian dikutip dari rilis yang diterima dari Kasubag Dokumentasi dan Publikasi Basarnas Agus Basori.

Delapan kantong tersebut kemudian diserahkan kepada koordinator misi SAR (SMC) Brigjen TNI (Mar) Rasman untuk disetor kepada Polri dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Lima kantong berisi potongan tubuh diserahkan ke Kasubdit Dokpil Kompol Asep Winard untuk dikirim ke RS POlri Kramatjati guna pemeriksaan lebih lanjut oleh Disaster Victim Identification (DVI). Sedangkan serpihan pesawat diserahkan kepada auditor KNKT yang diwakili Yunus Ardianto.

Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak dilaporkan hilang kontak pada Sabtu (9/1) sore sekitar pukul 14.40 WIB. Sejak dilaporkan hilang pada Sabtu sore itu, operasi pencarian pun segera digelar di titik antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Nelayan dan warga di daerah situ disebut mendengar ledakan dan menyaksikan serpihan api jatuh ke laut. (AHM)

Sumber: CNNIndonesia

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini