spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Begini Sebab Majelis Adat Sunda Ikut Marah ke Edy Mulyadi

KNews – Begini sebab majelis adat sunda ikut marah ke Edy Mulyadi. Majelis Adat Sunda mengambil sikap atas Edy Mulyadi yang mengeluarkan pernyataan yang dinilai banyak pihak menyakiti perasaan masyarakat Kalimantan, khususnya suku Dayak.

Pernyataan sikap Majelis Adat Sunda disampaikan oleh ketua umumnya, Ari Mulia Subagja melalui sebuah video yang beredar luas di internet.

- Advertisement -

“Kami mengeluarkan pernyataan sikap atas penghinaan yang dilakukan oleh saudara Edy Mulyadi, terhadap masyarakat adat Dayak dan terhadap seluruh masyarakat Kalimantan,” ujar Ari Mulia Subagja, dikutip Hops.ID pada Selasa 25 Januari 2022.

Majelis Adat Sunda mengatakan bahwa mereka ikut marah terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh Edy Mulyadi.

- Advertisement -

“Sampurasun. Saya selaku Pupuhu Agung atau Ketua Umum Dewan Karatuan Majelis Adat Sunda dan juga atas nama masyarakat adat Sunda ikut marah dan merasakan getar batin saudara-saudara kami di Kalimantan,” tegas Ari.

“Khususnya masyarakat adat Dayak yang perasaan kolektifnya tercederai oleh sikap dan pernyataan Edy Mulyadi dan kawan-kawan,” sambungnya.

- Advertisement -

Lebih jauh, Ari menyebut bahwa pihaknya sangat marah terhadap Edy Mulyadi lantaran mengenakan ikat kepala khas Sunda saat mengeluarkan perkataan yang menyakiti masyarakat Kalimantan.

“Secara khusus kami juga ikut marah terhadap sikap saudara Edy Mulyadi karena mengenakan ikat kepala yang merupakan atribut adat masyarakat Sunda saat ia menyampaikan kata-kata yang menyakitkan terhadap saudara kami dari suku Dayak,” ujar Ari.

Maka itu, Ari merasa perlu untuk menegur Edy Mulyadi terkait hal tersebut. “Kami atas nama masyarakat adat Sunda merasa perlu menegur Edy Mulyadi yang telah menggunakan atribut adat Sunda saat melukai hati saudara kami masyarakat adat Dayak.”

Dalam video tersebut, Ari Mulia Subagja juga mengajak seluruh masyarakat yang ada di Nusantara untuk meningkatkan solidaritas, serta tidak terprovokasi oleh ajaran yang anti dengan ideologi negara.

“Dalam kesempatan ini Majelis Adat Sunda kembali mengajak seluruh eksponen masyarakat adat di Nusantara dari Sabang sampai Merauke untuk terus meningkatkan solidaritas kebangsaan dan tidak terprovokasi oleh ideologi dan ajaran yang anti terhadap Pancasila,” kata Ari Mulia Subagja.

Pernyataan Edy Mulyadi

Sebelumnya, Edy Mulyadi diduga menghina masyarakat Kalimantan. Dia mengatakan Kalimantan sebagai tempat jin buang anak. Hal itu diucapkan saat dia menyoroti soal ibu kota negara yang pindah ke daerah Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

“Bisa memahami enggak, ini ada sebuah tempat elite, punya sendiri yang harganya mahal, punya gedung sendiri, lalu dijual pindah ke tempat jin buang anak,” katanya.

“Pasarnya siapa, kalau pasarnya kuntilanak, genderuwo, enggak apa-apa dibangun di sana,” sambungnya.

Edy Mulyadi sendiri sudah meminta maaf terkait pernyataannya itu. Dia memberikan klarifikasi bahwa istilah ‘jin buang anak’ itu sebenarnya digunakan untuk menggambarkan tempat yang jauh.

“Jangankan Kalimantan, dulu monas itu disebut tempat ‘jin buang anak’,” ujar Edy Mulyadi dalam saluran YouTube pribadinya.

Salah satu contoh lain, kata Edy Mulyadi, ialah Bumi Serpong Damai (BSD) yang pada era 1980-1990-an termasuk tempat jin buang anak.

Kendati demikian dia tetap meminta maaf apabila pernyataan tersebut menyinggung masyarakat Kalimantan.

“Tapi bagaimana pun jika teman di Kalimantan merasa terganggung, saya minta maaf,” katanya. (RKZ/hops)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini