Selain itu Djoko juga beranggapan transportasi daring adalah bisnis gagal karena mitra pengemudi tidak akan merasakan peningkatan pendapatan karena tergerus oleh potongan-potongan fasilitas aplikasi yang sangat besar. Ditambah aplikator juga tidak membatasi jumlah pengemudi yang menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand.
“Kegagalan bisnis transportasi daring sudah terlihat dari pendapatan yang diperoleh mitranya atau driver ojek daring. Sekarang, pendapatan rata-rata driver ojek daring di bawah Rp 3,5 juta per bulan dengan lama kerja 8 -12 jam sehari dan selama 30 hari kerja sebulan tanpa adanya hari libur selayaknya mengacu aturan ketenagakerjaan yang sudah diatur oleh Kementerian Tenaga Kerja,” kata Djoko.
Menurutnya ini tidak sesuai dengan janji pendapatan mitra ojol dari aplikator pada 2016 yang mencapai Rp 8 juta per bulan. Sehingga sulit menjadikan profesi ini menjadi sandaran hidup. (AHM/cnbc)