spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

AS akan Menghadapi RRC jika Taiwan Direbut!

KNews.id- Presiden Joe Biden mengatakan, Washington dapat terlibat langsung dalam konflik jika China mencoba mengambil Taiwan secara paksa.

Amerika Serikat akan menggunakan kekuatan militer untuk membela Taiwan jika perlu. Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, di Tokyo, dia menjelaskan bahwa AS memandang, jika China merebut Taiwan dengan pasukannya sebagai hal yang tidak dapat diterima.

- Advertisement -

Ketika ditanya apakah AS akan terlibat langsung dalam konflik antara China dan Taiwan, termasuk melalui penggunaan kekuatan militer, Biden menjawab “Ya”, seraya menambahkan bahwa “ini adalah komitmen yang kami buat”.

Pemimpin AS sebelum Biden mengatakan, Washington menghormati kebijakan ‘Satu China’, yang mengakui bahwa hanya ada satu China yang dipimpin oleh Beijing.

- Advertisement -

Namun Biden menyatakan, “China tidak memiliki “yurisdiksi untuk masuk dan menggunakan kekuatan dalam mengambil alih Taiwan.” Gagasan bahwa negara kepulauan “dapat diambil dengan paksa tidaklah tepat.

Itu akan membuat seluruh wilayah terdampak,” tambah presiden AS. Pemimpin AS itu melakukan tur resmi pertamanya di Asia. Pertama kalinya dalam abad ini bahwa perjalanan seperti itu tidak termasuk ke China. Menurut Kantor Berita Nikkei Asia, menghalangi China telah menjadi salah satu topik utama dalam pembicaraan antara Biden dan Kishida.

- Advertisement -

Dalam rangkaian kunjungan itu, Presiden AS didampingi oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Menteri Perdagangan Gina Raimondo, Perwakilan Dagang AS Katherine Tai, Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel, dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan selama pembicaraan.

Biden juga dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Jepang, India dan Australia pada hari Selasa untuk agenda KTT Dialog Keamanan Segiempat (Quad). Selain daripada itu juga, Presiden AS diperkirakan akan meluncurkan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik pada hari Senin nanti.

Pakta perdagangan ini dirancang untuk memperdalam kerja sama Amerika dengan negara-negara di kawasan di bidang rantai pasokan, perdagangan digital, energi bersih, dan perang melawan korupsi.

Pakta tersebut pada akhirnya dapat melibatkan hingga 12 negara selain AS, termasuk Australia, Brunei, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Namun Taiwan tidak akan menjadi bagian dari agenda itu, Sullivan mengkonfirmasi pada hari Minggu.

“Kami ingin memperdalam kemitraan ekonomi kami dengan Taiwan, termasuk dalam masalah teknologi tinggi, termasuk pasokan semikonduktor,” katanya.
“Tapi kami merealisasikan itu dalam kerangka utama secara bilateral.” Jelasnya.

Taiwan baru-baru ini menuduh China berulang kali melanggar zona pertahanannya. Pada awal Mei, negara kepulauan itu melaporkan bahwa pembom berkemampuan nuklir China memasuki zona tersebut.

Sebagaimana diketahui, Taiwan secara de facto memiliki pemerintahan sendiri sejak tahun 1949, ketika sisa-sisa pemerintah nasionalis meninggalkan daratan setelah kekalahan mereka dalam perang saudara.

Tetapi Taiwan, tidak pernah secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan dari China. Beijing menganggap otoritas Taiwan sebagai separatis, bersikeras bahwa wilayah itu adalah bagian yang tidak dapat dicabut dari China.

Beijing secara teratur mengerahkan kekuatan militernya di dekat pulau itu, mengerahkan unit pesawat militer dan mengirim kapal perang. Taiwan telah menjadi sumber gesekan konstan antara China dan AS.

Amerika tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taipei tetapi menikmati kerjasama militer yang erat dengan pulau itu dan telah lama menyatakan komitmennya untuk melindungi “kemerdekaan” Taiwan. (AHM/intpnew24)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini