“Bahwa pada saat pertengahan babak kedua, terdapat mobilisasi sejumlah pasukan yang membawa gas air mata, padahal diketahui tidak ada ancaman atau potensi gangguan keamanan saat itu,” katanya dalam keterangan yang diterima Populis.id pada Senin (10/10).
Ia juga menjelaskan bahwa ketika pertandingan antara Arema FC dan Persebaya selesai, memang terdapat sejumlah suporter yang masuk ke dalam lapangan. Namun, berdasarkan pada keterangan saksi-saksi yang ada, masuknya mereka ke lapangan karena para suporter ingin memberikan dorongan motivasi dan memberikan dukungan moril kepada seluruh pemain.
“Namun, hal tersebut direspon secara berlebihan dengan mengerahkan aparat keamanan dan kemudian terjadi tindak kekerasan. Hal inilah yang kemudian, para suporter lain ikut turun ke dalam lapangan bukan untuk melakukan penyerangan tetapi untuk menolong suporter lain yang mengalami tindak kekerasan dari aparat keamanan,” paparnya.