spot_img
Senin, Mei 20, 2024
spot_img

Telkomsel Ingatkan 5G Bukan Buat Keren-kerenan, Bisa Jadi ‘Backfire’

KNews.id – Pembangunan infrastruktur jaringan 5G disebut tak bisa cuma demi gaya-gayaan karena bakal merugikan diri sendiri. Hal itu mesti memperhatikan sebaran gadget yang kompeten, kebutuhan pengguna, dan imbal hasilnya kepada operator.
“Kalau seandainya hanya supaya keren-kerenan, misalnya, bisa backfire ke kita. Makanya kita kebutuhan itu saat ini tumbuh datangnya dari segmen B2B. Kita akan mulai dari sana dulu,” tutur Vice President Business Development and Innovation Telkomsel Jockie Heruseon, ditemui di Jakarta, Senin (26/6).
Sejak lama, berbagai pihak mendorong penggelaran 5G yang lebih luas, termasuk pihak Pemerintah.

Contohnya lewat seminar ‘Journey to 5G Smart City’ yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), 4–5 Juli, yang dihadiri perwakilan dari 28 satuan kerja perangkat daerah dari 23 pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia.

- Advertisement -

Jockie melanjutkan pihaknya mendapat permintaan dari perwakilan institusi pemerintah untuk menggelar 5G di lokasi tertentu, beberapa waktu lalu. Menanggapi permintaan tersebut, Telkomsel mengaku bisa membangunnya jika memang dibutuhkan.
Yang dimaksud dengan kebutuhan, kata dia, di antaranya adalah soal penetrasi device atau perangkat dengan spesifikasi 5G yang signifikan tapi belum terlayani, atau secara teknologi di lokasi tersebut membutuhkan kecepatan tertentu.

“Kita biasa ngebangun itu melihat potensi juga, karena pengen ada return juga. Teknologi itu mengikuti orang yang ujungnya di sana ada return-nya nanti,” kata dia.
“Kalau ini hanya sekadar keinginan, bisa tidak balik ke kita [modalnya],” tambah Jockie.
Menurutnya, penerapan 5G oleh Telkomsel lebih berasaskan kebutuhan, bukan keinginan. Alhasil, Telkomsel saat ini masih berfokus ke skema business to business (B2B) dalam konteks 5G.

- Advertisement -

“[5G] kita sekarang memang sudah tersebar di beberapa kota, tapi fokus utama kita untuk 5G lebih ke arah B2B. Itu jadi sasaran utama kita, karena penetrasinya butuh waktu. Dan terkadang ini masalahnya terkait antara kebutuhan atau keinginan,” terangnya.
Senada, Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) Muhammad Danny Buldansyah menyebut kesuksesan 5G bergantung dari rasio biaya terhadap keuntungan atau benefit yang diterima perusahaan.

“Kalau kita lihat tadi ekosistem sangat diperlukan untuk bagaimana bisa menggelar di luar spektrum ini saya selalu berpegang ke device, network, dan aplikasinya,” terangnya, di tempat yang sama.
Yang jelas, katanya, pengembangan jarinagn 5G mempertimbangkan kebutuhan warga (use case).
“Bagaimana kita bisa mempunyai use case dibutuhkan oleh masyarakat, bukan hanya apa yang diinginkan masyarakat. Device sudah siap belum, kemudian jaringan juga harus siap dengan support spektrum, kemudian aplikasi-aplikasinya,” pungkasnya.

- Advertisement -

Menurut data Ericsson, pengguna 5G di seluruh dunia akan meningkat hingga 50 persen di akhir 2023. Salah satu penyumbang terbesarnya adalah India.
“Tahun ini sudah ada 1 miliar pengguna 5G di dunia. Pada akhir tahun ini, kemungkinan akan menjadi 1,5 miliar di seluruh dunia,” ujar Jerry Soper, President of Ericsson Indonesia, di Jakarta, Senin (26/6).

Smart City
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo Wayan Toni Supriyanto percepatan penerapan use case teknologi 5G di Indonesia salah satunya dengan mendukung kota cerdas atau Smart City.
Gerakan Menuju Smart City itu punya target 150 kabupaten dan kota.
“Dengan kehadiran teknologi 5G ini diharapkan dapat membantu percepatan program Smart City di Indonesia. Saat ini, 5G Smart City baru diimplementasikan di Kota Surakarta untuk keperluan Smart Kampung dan layanan pengaduan masyarakat,” jelas dia, dikutip dari siaran pers Kominfo.

Menurutnya, pengembangan layanan 5G juga akan berdampak besar pada peningkatan ekonomi masyarakat dan industri.
“Perkembangan jaringan 5G di Indonesia berpotensi memberikan kontribusi lebih dari Rp2.800 Triliun atau setara dengan 9,5% dari total PDB pada tahun 2030,” tutur Wayan.

“Angka tersebut bahkan berpotensi melonjak menjadi Rp3.500 Triliun atau setara 9,8% dari total PDB Indonesia pada tahun 2035,” lanjutnya.
Dikutip dari situs Institut Teknologi Bandung (ITB), Konsultan PT. Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia (LAPI) ITB Ivan Samuels sempat mengungkapkan penerapan 5G di Indonesia berpotensi meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB) secara kumulatif dari 2021-2030 hingga 9,5 persen atau Rp2.874 triliun.

Di samping itu, penerapan 5G juga disebut berpeluang menciptakan hingga 5,1 juta lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas per kapita sampai dengan Rp11 Juta di periode yang sama.
Di Indonesia, jaringan 5G telah beroperasi secara komersial sejak 2021. Saat ini, layanan 5G di Indonesia sudah tersedia di wilayah Jabodetabek, Medan, Solo, Bandung, Surabaya, Makassar, Batam, Denpasar, dan Balikpapan. (Zs/CNN)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini