spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

Soal Ekspor CPO, Said Didu: Kebijakan Bapak Tidak Tunjukkan Hasil

KNews – Soal ekspor CPO, Said Didu: kebijakan bapak tidak tunjukkan hasil. Mantan Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu sebut kebijakan pembatasan ekspor Crude Plam Oil (CPO) yang pernah dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menunjukkan hasil.

Pasalnya, menurut Said Didu harga minyak goreng tetap mahal sedangkan harga kelapa sawit atau Tandan Buah Segar (TBS) turun.

- Advertisement -

Ia mengatakan jika ekspor espor CPO belum lancar dalam minggu ini maka penjualan TBS rakyat akan menurun.

“Bapak presiden yth (yang terhormat), jika ekspor belum jalan normal dalam seminggu maka seluruh tangki timbun CPO penuh dan mereka akan berhenti membeli TBS rakyat. Kebijakan Bapak tidak menunjukkan hasil karena harga minyak goreng tetap mahal dan harga TBS turu,” tulis Said Didu di akun twitternya @msaid_didu.

- Advertisement -

Selain itu, Said Didu meminta kebijakan minyak goreng diubah menjadi system subsidi seperti biosolar. “Mohon ubah kebijakan minyak goreng jadi system subsidi seperti biosolar,” tambahnya.

Sebelumnya, seperti yang dilansir dari Cnbcindonesiacom. Selasa, 7 Juni 2022, sejak pertengahan bulan April lalu harga CPO konsisten berada di MYR 6.000/ton.

- Advertisement -

Harga CPO bahkan sempat tembus ke atas MYR 7.000/ton. Indonesia sebagai produsen terbesar minyak nabati ini melarang ekspor CPO karrena kenaikan harga minyak goreng.

Hal tersebut menyebabkan peningkatan harga CPO. Akan tetapi, sejak pekan terakhir bulan Mei, pemerintah memutuskan kembali membuka keran ekspor minyak goreng karena harga minyak goreng di Indonesia berangsur turun dan suplai kembali ke pasaran.

Indonesia telah menberikan iiin ekspor sebesar 275454 ton hingga Jumat, 3 Juni 2022.

Izin teersebut telah diberikan kepada 21 perusahaan. Mayoritas izin diberikan untuk ekspor produk refined, bleached and deodorized (RBD) palm oil dan olein.

Alokasi ekspor juga naik dari sehari sebelumnya yang mencapai 179.464 ton. Menurut Eddy Martono, yang merupakan Sekretaris Jenderal Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI,  Indonesia rata-rata mengekspor 2,5 juta ton produk kelapa sawit setiap bulannya.

Selain menguntungkan neraca perdagangan Indonesia, kenaikan harga minyak sawit juga memiliki dampak tambahan, seperti peningkatan inflasi akibat kenaikan harga minyak goreng.

Kenaikan harga minyak mentah dunia pada pekan ini turut berkontribusi terhadap tren kenaikan harga minyak sawit.

Karena bersaing di pasar yang sama, harga CPO dan minyak nabati lainnya berfluktuasi mengikuti harga minyak mentah.

CPO dan minyak nabati lain juga diguunakan sebagai bahan baku untuk biodiesel yang merupakan bahan bakar alternative bagi energy fosil. (RKZ/mks)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini