spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Setelah Bandung Selatan, Kini Giliran Warga Puncak Bogor yang Kibarkan Bendera Putih

KNews.id- Pemandangan tak biasa terlihat di kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat. Terlihat sejumlah bendera putih berkibar di sepanjang jalan Raya Puncak, Kabupaten Bogor.

Bendera putih tersebut terpasang mulai dari kawasan Megamendung sampai Cisarua. Aksi yang sama juga terjadi di daerah Bandung Selatan atau Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali (Pacira), Kabupaten Bandung.

- Advertisement -

Bendera Putih di Kawasan Megamendung hingga Cisarua

Sejumlah bendera putih berkibar di sepanjang jalan Raya Puncak, Kabupaten Bogor, Rabu (5/8). Tak cuma di tiang, bendera putih tersebut juga dipasang di lapak pedagang. Rupanya bukan tanpa sebab bendera putih itu dipasang di sepanjang Jalan Raya Puncak. Pemasangan bendera putih itu sebagai bentuk kekecewaan sejumlah pelaku usaha di kawasan Puncak Bogor.

- Advertisement -

Pelaku Usaha Menjerit

Seperti diketahui jika Puncak Bogor merupakan kawasan yang biasa ramai dikunjungi wisatawan terutama pada akhir pekan. Tak ayal, banyak pelaku usaha di kawasan Puncak Bogor mengeluh karena berimbas pada pemasukkan.

- Advertisement -

Belum lagi dengan diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang nampak membuat para pelaku usaha kian ‘menjerit’. Ketua Kelompok Sadar Wisata ( Pokdarwis ) Puncak Cisarua, Bowie mengatakan, bendera putih tersebut merupakan tanda menyerah.

“Kami serentak memasang bendera berwarna putih yang menandakan menyerah karena wisatawan sudah dua tahun jeblok,” kata Bowie kepada TribunnewsBogor.com.

Dia menjelaskan bahwa pemasangan bendera ini serentak dilakukan oleh kelompok-kelompok pelaku wisata binaan Pokdarwis Puncak Cisarua. Seperti komunitas pramu wisata, paguyuban pengelola home stay, himpunan pedagang dan yang lainnya.

“Pendapatan pelaku pariwisata tidak ada pendapatannya alias terpuruk semuanya gara-gara Covid-19 dan peraturan pemerintah melalui PPKM,” ungkapnya.

Pelaku Usaha di Bandung Selatan Juga Pasang Bendera Putih

Pemasangan bendera putih bukan hanya terjadi di Bogor. Para pelaku usaha di beberapa daerah juga melakukan hal serupa. Misalnya saja di daerah Bandung Selatan atau Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali (Pacira), Kabupaten Bandung. Seperti dilansir TribunnewsBogor.com dari TribunJabar, beberapa hotel atau penginapan, tempat wisata, dan restoran, di daerah tersebut mengibarkan bendera putih.

Bendera putih itu, rata-rata ditancapkan di depan pintu masuk, restoran, tempat wisata, atau hotel. Hal tersebut dilakukan, merupakan ekspresi karena tak bisa terus menghadapi kondisi, seperti PPKM darurat ini. Ada pun yang mengibarkan bendera putih itu seperti Ciwidey Valley, Pondok Gembyang, Bamboobery, Saung Gawir. Menurut bagian administrasi Ciwidey Valley, Bangkit Satria, mengibarkan bendera putih merupakan keputusan bersama dari PHRI.

“Memang tidak semuanya yang mengibarkan bendera putih karena di sini, tak semua juga masuk PHRI,” kata Bangkit Satria saat ditemui, Ahad (1/8).

Bangkit mengaku, pihaknya memasang bendera putih mulai 29 Juli 2020. Bendera putih di Ciwidey Valey dipasang tepat dekat bilbord Ciwidey Valey dan di atas gapura masuk.

“(Pemasangan bendera putih), Bentuk ekspresi, karena kita gak mampu dengan kondisi seperti ini,” kata Bangkit.

Selama hampir 2 bulan ini, ucapnya, itu sudah tak ada pemasukan. “Pemasukan sudah nol. Akhirnya kan dari karyawan ada pengurangan jam kerja, terus ada pembatasan operasional dari fasilitas hiburan kami,” ucapnya. Bangkit mengatakan, di sini kan ada kolam renang, tapi sekarang ditutup sementara, baik untuk reguler maupun tamu hotel. Lanjut dia, okupansi hotel pun hampir nol.

“Kalau restoran, kami enggak bisa mengundang orang dari luar, rata rata di sini, restoran dari tamu hotel sendiri,” kata.

Bangkit mengaku, kemarin-kemarin saat masih bisa operasional bisa menutup pengeluaran dan keuntungan masih belum ada.

“Begitu sekarang (saat PPKM) kami enggak ada (pemasukan), gak ada dana cadangan, kami (untuk menutupnya) enggak tau dari mana,” ujarnya.

Saat ini, kata Bangkit, yang adanya utang. Bayar supplier belum bisa.

“Karyawan yang sekarang itu gajinya masih ditangguhkan, belum dibayar. Ya benar- benar tidak ada cadangan aja,” katanya.

Bangkit mengaku, kerugiannya bulan ini cukup besar karena pengeluaran tetap ada, tapi pemasukan tidak ada.

“Kerugiannya mungkin mencapai Rp 1 miliar per bulan bahkan mungkin yang lain, kerugiannya ada yang lebih besar, seperti Kawah Putih,” katanya.

Bangkit berharap pandemi Covid-19 segera berakhir, jadi bisa beraktivitas secara normal.

“Kalau ini ( PPKM ) keputusan terbaik, kami ngikuti. Cuma untuk beberapa karyawan kami yang pendapatannya tergantung dari pekerjaan ini, berharap PPKM ini segera dibuka (selesai), jadi bisa beraktivitas,” katanya.

Selain tak diperpanjangnya PPKM, Bangkit juga berharap ada relaksasi pajak dan pembayaran listrik.

“Kalau sekarang itu relaksasi dari denda, tapi kalau pajaknya tetap. Listrik juga, kami juga Juni, Juli kami sudah tidak bisa bayar juga. Minimal kita ada pemasukan baru bisa bayar,” kata dia.

Sebenarnya kata Bangkit, yang urgen itu kan listrik karena kalau telat bayar bisa diputus. “Sekarang kami gak bisa bayar tepat waktu, dan listrik sangat dibutuhkan,” katanya. (Ade/trbnw)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini