KNews.id – Dengan mudahnya pemerintah memberikan solusi kepada rakyat disaat di seluruh Indonesia ini harga beras dijual dengan mahal. Sejak dahulu kala, zamannya nenek moyang beras merupakan makanan pokok rakyat Indonesia.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian dengan entengnya mengatakan kalau harga beras mahal bisa memakan ubi, singkong atau makanan pokok non beras lainnya. Padahal diketahui Indonesia merupakan daerah agraris. Dan anehnya pemerintah lebih memilih untuk membeli dari luar negeri atau impor beras.
Sementara pasokan beras dari para petani di Indonesia disebut tak mampu mencukupi kebutuhan rakyat. Rupanya ucapan Mendagri Tito Karnavian ini pun disambut positif oleh sejumlah kepala daerah di Indonesia. Tak terkecuali, PJ Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pun menyambut solusi dari Mendagri Tito Karnavian tersebut.
“Kita sangat mendukung, apapun bisa kita lakukan, karena tidak hanya memakan beras, bisa jagung, ubi,” ujar Suganda.
Lebih lanjut, dia mengajak masyarakat di Bangka Belitung untuk menanam bahan pokok non beras tersebut.
Sekjen Ombudsman RI ini juga menyingung soal kondisi ekspor beras dan mendorong mencari pangan alternatif yang dikonsumsi masyarakat.
“Sebagaimana arahan pemerintah kita tidak begitu konsumtif ya, karena 9 dari negara ekspor beras itu tidak ekspor beras, ada yang mengurangi dan ada yang tidak lagi. Kondisi ini harus disiasati, kita menghemat dan cari alternatif pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” katanya.
Rupanya saran dan solusi dari pemerintah, agar rakyat makan ubi, singkong, sorgum atau makanan pokok non beras lainnya mendapat reaksi negatif dari masyarakat. Salah satunya disampaikan oleh Fitri (27), warga Kota Pangkalpinang. Ia mengaku ogah mendengar saran yang disampaikan pemerintah.
Sebagai ibu rumah tanggai, harga beras yang mahal ini cukup membuatnya kesal. Pasalnya beras merupakan bahan pokok yang dikonsumsi setiap hari. Fitri berharap pemerintah pusat bahkan di daerah punya solusi yang lebih bijak dalam mengendalikan kenaikan harga beras, yang mana Indonesia merupakan Negara Agraris.
Menurutnya, permasalahan soal harga beras naik tak hanya mengimbas masyatakat tapi juga petani.
“Pernyataan seperti itu bukan solusi lalu beras mahal bukan hanya merugikan masyarakat tapi disana ada para petani yang juga berjuang untuk hidup dengan padi atau beras, harusnya ad solusi yang tidak mengabaikan nasib mereka,” katanya.
Selain itu, Rima (30), Warga Pangkalpinang ini juga tak setuju dengan saran yang disampai oleh pemerintah tersebut.
“Saya sih enggan kalau makan sorgum atau ubi sebagai ganti nasi, karena tidak terbiasa, gak nafsu,” katanya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dini (27), yang enggan juga mengganti nasi menjadi bahan pokok non beras.
Penolakan nada negatif juga disampaikan oleh Yati, warga Kecamatan Gerunggang, Pangkalpinang Sebaliknya Yati malah menyarankan agar para pejabat mulai dari daerah hingga pusat jangan lagi memakan beras.
“Enak aja ngomong, suruh rakyat makan ubi. Coba kalau ribuan pejabat di Indonesia ini dari daerah sampai pusat tidak lagi makan beras lumayan bisa mengurangi jatah rakyat. Kenapa tidak pejabat itu saja yang makan ubi, singkong atau apalah namanya,” ujar Yati. (Zs/Trbn)