KNews.id – Sebanyak 39 juta UMKM di kawasan ASEAN terkendala oleh kredit macet. Kolaborasi sektor publik dan swasta menjadi hal yang harus ditingkatkan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam pembukaan ASEAN Business and Investment Summit 2023 di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta pada Minggu pagi (3/9/2023).
Kao menyampaikan, sebagai salah satu sektor penyumbang ekonomi terbesar di ASEAN, UMKM harus menemui berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang dimaksud menyangkut kredit macet.
Kao juga menyorot rendahnya jumlah UMKM yang berpartisipasi dalam kegiatan ekspor dan impor. Hasil riset menunjukkan aktivitas impor ekspor masih dikuasai oleh konglomerasi bisnis, sementara hanya segelintir UMKM ASEAN yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan ekspor impor.
“Hanya 23% UMKM di kawasan ASEAN yang berpartisipasi dalam kegiatan impor, sementara kurang dari 12% UMKM melakukan kegiatan ekspor,” ungkap Kao.
Untuk memitigasi tantangan tersebut, Kao menyoroti pentingnya peran pemerintah, terutama lembaga keuangan untuk mewujudkan ekosistem pendukung bagi para UMKM. Kao juga menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan UMKM.
“Kita harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk diantaranya mendorong kolaborasi antara sektor publik dan privat, kerja sama antara UMKM dan konglomerasi bisnis dengan menginisiasi business matching. Program mentoring juga diperlukan untuk membantu UMKM bertransformasi secara digital,” jelas Kao.
Meskipun masih terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi UMKM, Kao mengaku optimis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi ASEAN. Setelah berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi 5,7% di tahun lalu, ekonomi ASEAN diprediksi tumbuh 4,6% di tahun 2023 dan 4,9% pada tahun 2024. (Zs/ID)
Discussion about this post