spot_img
Kamis, Mei 2, 2024
spot_img

Perang antara Rusia vs Ukraina, Telepon Joe Biden Ditolak oleh Pemimpin Arab Saudi dan UEA!

KNews.id- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS), dan pemimpin Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan, dilaporkan menolak panggilan dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, saat perang terus berlanjut di Ukraina, Selasa (8/3).

“Ada beberapa harapan dari panggilan telepon, tapi itu tidak terjadi,” kata salah satu pejabat Amerika Serikat kepada Wall Street Journal yang dikutip The Guardian.

- Advertisement -

Pejabat itu kemudian berkata, “Itu bagian dari menyalakan keran (minyak Saudi).”

Sebelumnya, pada 9 Februari, Biden sempat berbicara dengan ayah MbS, Raja Salman. Namun, pekan lalu ditengah gejolak yang masih membara di Ukraina, MbS dan Sheikh Mohammed bin Zayed menerima panggilan telepon dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.

- Advertisement -

Menurut keterangan sejumlah pejabat, hubungan Washington dengan dua negara Teluk itu regang lantaran kurangnya dukungan pemerintahan Biden menyoal konflik di Yaman. Selain itu, hubungan diplomatik ketiga negara itu semakin pelik karena negosiasi yang tak kunjung selesai soal menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran.

Pejabat Saudi juga disebut mencari impunitas untuk MbS, yang telah menerima banyak tuntutan dari Amerika Serikat. Hal itu, salah satunya, insiden pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 lalu.

- Advertisement -

Gedung Putih sejauh ini menyoroti negara seperti Iran, Arab Saudi dan Venezuela untuk membicarakan peningkatan produksi minyak di tengah krisis Ukraina. Biden menyatakan larangan impor minyak Rusia, eskalasi besar dan sejumlah sanksi akan menyebabkan lonjakan harga minyak bagi warga Amerika.

Sementara itu, awal Februari lalu, pejabat Saudi menolak seruan untuk memompa lebih banyak minyak. Menurut laporan Huffington Post, mereka mengatakan akan tetap berpegang pada perjanjian produksi yang sudah disepakati Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Salah satu anggota aliansi ini yakni Rusia.

Pelarangan impor minyak dari Rusia membuat harga minyak mencapai US$130 atau sekitar Rp1,8 juta per barel. Angka ini mencapai level tertinggi selama 14 tahun.

Hingga kini, Ukraina masih berada dalam gempuran Rusia usai mereka memutuskan invasi ke Eks Uni Soviet itu pada 24 Februari lalu. Negosiasi sempat terjadi namun tak menuai hasil yang signifikan. Pertemuan terakhir pada Rabu (9/3), Rusia sepakat gencatan senjata sementara di lima kota untuk membuka ruang bagi warga sipil di evakuasi.

Lima kota itu di antaranya, Kiev, Chernihiv, sumy, Kharkiv dan Mariupol. Ledakan dan pertempuran pun terus terjadi hingga sekarang. Menurut data sementara pemerintah Ukraina korban tewas imbas invasi mencapai 2.000, sementara menurut PBB tercatat 474 warga sipil tewas. (AHM/cnn)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini