spot_img
Selasa, Mei 7, 2024
spot_img

Mengenal kebijakan YCC Bank of Japan Dan Dampaknya

Mengenal kebijakan YCC Bank of Japan Dan Dampaknya

Oleh : Edhi Pranasidhi
#hanyasharingdanuntukedukasi

- Advertisement -

KNews.id – Bank of Japan (BOJ) atau bank sental Jepang menerapkan kebijakan yield curve control (YCC) untuk mencapai target inflasi 2%. YCC (Yield Curve Control) adalah kebijakan moneter yang menargetkan kurva imbal hasil obligasi pemerintah pada level tertentu. Ketika pertama kali diberlakukan di Januari tahun 2016, BOJ mengontrol kurva imbal hasil obligasi tidak boleh naik dari minus (-) 0,1% supaya inflasi saat itu yang minus sekitaran 1,32% dapat naik ke target 2%.

BOJ telah dua kali menaikkan kurva imbal hasil dari minus 0,1% ke plus 0,25% dan kemudian 0,5% pada Desember 2022. Dengan menargetkan kurva imbal hasil, BOJ berharap dapat mendorong inflasi ke targetnya. YCC bekerja dengan cara BOJ membeli obligasi pemerintah dengan jumlah besar dan tak terbatas.

- Advertisement -

Pembelian obligasi ini akan mendorong harga obligasi naik dan imbal hasil turun. Turunnya imbal hasil akan membuat pinjaman lebih murah bagi bisnis dan konsumen, yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan barang dan jasa, yang akan mendorong inflasi.

BOJ telah menerapkan YCC sejak Januari 2016, tetapi sampai akhir tahun 2021 belum berhasil mencapai target inflasi 2%. Sebagai catatan: inflasi di Jepang tahun 2019 adalah 0,4%, 2020: -0,03% dan 2021: -0,24%. Inflasi di Jepang kembali muncul sejak awal 2022 akibat perang Ukraina dan turunnya mata uang Yen yang mengakibatkan harga impor barang naik.

- Advertisement -

Inflasi di Jepang terakhir di bulan Juni adalah 3,3% yang artinya secara konsep dan teori sudah melampaui target 2,0% yang ditetapkan oleh BOJ. Disisi lain, suku bunga acuan di Jepang saat ini adalah minus 0,1%. Kondisi ini menunjukkan bahwa berinvestasi di Jepang akhir akhir ini terlihat tidak menarik dibandingkan dengan di AS dengan suku bunga acuan terakhir berada di 5,50% dan inflasi tahunan di Juni 3,0%. Hal ini pula yang salah banyak menyebabkan mata uang Yen Jepang mengalami depresiasi terhadap hampir semua mata uang dunia.

Hari ini Jumat 28 Juli 2023, BOJ akan melakukan pertemuan untuk membahas kebijakan suku bunga. BOJ diperkirakan akan tetap mempertahankan ultra-low interest rate policy dikisaran minus 0,1%, namun banyak yang memperkirakan bahwa BOJ akan mengubah YCC (kontrol kurva imbal hasil) diatas 0,5%.

Dampak dari perubahan YCC berpotensi akan membuat Yen Jepang sangat menguat terhadap mata uang utama dunia seperti misalnya USD, Euro dan GBP. Tapi disisi lain penguatan Yen juga akan berdampak kepada pelemahan ekspor produk Jepang dan sebaliknya akan membuat harga impor barang ke Jepang mengalami penurunan sehingga dapat sedikit membantu penurunan inflasi di Jepang.

Banyak spekulator pasar global yang mengharapkan Gubernur BOJ yang baru Kazuo Ueda, walau beberapa kali mengemukakan bahwa BOJ belum perlu mengubah kebijakan YCC, untuk mengubah YCC. Sepkulasi ini sejak semalam berhasil membuat mata uang Yen Jepang menguat sampai tulisan ini dibuat pagi ini. Jika YCC diubah dengan memberikan kurva imbal hasil naik diatas 0,5%, maka ini berpotensi membuat Yen Jepang semkain menguat karena akan membuka peluang dimasa mendatang untuk BOJ menaikkan suku bunga acuan yang saat ini berada pada leel minus 0,1%. Kondisi ini akan membuat yield obligasi AS semakin naik karena mungkin akan banyak institusi keuangan dan investor Jepang menjual surat utang pemerintah AS untuk kembali ke Jepang.

So, kita lihat apakah BOJ akan mengejutkan pasar global pada jam 1000 WIB nanti?

(Zs/EP)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini