spot_img

Djoko Edhi: Perampokan Uang Negara Pernah Dilakukan Tahun 1998, 16 Tentara Tewas Namun Uangnya tetap Beredar, Ada Apa?

KNews.id- Presiden Joko Widodo (Jokowi) pendusta berat dengan tidak memenuhi janjinya saat kampanye seperti penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Beberapa janjinya juga tidak dipenuhi.

Demikian dikatakan mantan anggota Komisi III DPR Djoko Edhi Abdurrahman dalam pernyataan kepada wartawan beberapa waktu lalu. Selain itu, Djoko mengatakan, saat ini Indonesia bangkrut berkat Jokowi dan berencana mencetak uang (money printing).

- Advertisement -

“Money printing ala Amerika itu, quantitave easing, tak bisa digunakan oleh BI, karena rupiah semata alat pembayaran, bukan komoditi. Tiap penambahan jumlah uang beredar oleh money printing langsung berakibat push-up inflatoir,” jelasnya. 

Ia mendengar Said Abdullah, Ketua Banggar DPR mengemukakan bahwa BI memang mencetak uang Rp 600 Triliun.

“Tapi saya yakin, money printing juga dilakukan secara silent dengan modus perampokan uang negara,” paparnya.

- Advertisement -

Kata Djoko mengatakan, perampokan uang negara pernah dilakukan pada 1998 saat Indonesia mengalami krisis ekonomi.

“Sewaktu uang plastik yang dicetak di Australia itu dikirim dari Australia ke Indonesia, satu kapal uang merah itu dirampok di laut. Sebanyak 16 tentara yang mengawal, tewas ditembak. Panglima ABRI nya waktu itu masih Wiranto sehingga Wiranto dianggap bertanggung jawab. Hilang sampai sekarang. Tapi uang merahnya beredar di pasar dan jadi dana money politics di pemilu. Menang Golkar, Runner-Up nya PDIP,” jelasnya.

Selanjutnya menurut Djoko, BI mengumumkan uang merah tetap laku dan bisa ditukar.“Sekarang skenario perampokan ini mau diulang,” paparnya.(IKH&SN)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini