Kata Kiai Luthfi, dulu rakyat berkorban dengan kucuran dana sukarela yang sangat banyak, dan berani mengorbankan kehormatan mereka demi mendukung sikap politiknya.
“Apa itu tidak dia nilai sebagai hutang janji kepada rakyat?” tanya Kiai Luthfi.
- Advertisement -
Katanya mau timbul dan tenggelam bersama rakyat, tapi nyatanya dia dan mitranya hidup dalam naungan penguasa.
“Rakyat masih ingat, perubahan drastis itu setelah dia bersama mitra politiknya, sengaja menyeberang ke sebelah tanpa merasa ada beban malu sedikitpun. Jadi tidak tepat lagi kalau saya tetap mendukungnya,” pungkas Kiai Luthfi. (AHM/SN)