spot_img

Kenapa Massa Anies-Imin Membeludak di Lapangan Tapi Anjlok di Survei?

KNews.id – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga bakal calon wakil presiden Koalisi Perubahan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin melontarkan guyon soal jumlah massa pendukungnya bersama Anies Baswedan di Pilpres 2024 yang kerap dituding sedikit.

Saat menghadiri jalan sehat di kawasan Grand Depok City, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (28/10) lalu, Muhaimin menganggap ribuan orang yang menghadiri acara tersebut tak bisa dibilang kecil.

- Advertisement -

“Orang bilang AMIN kecil, lah kok sebanyak ini?” ujar Muhaimin sembari tertawa, diiringi tepuk tangan dari ribuan pendukung.
Muhaimin mengklaim massa yang banyak mendukung pasangan AMIN (Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar) ini tidak hanya disaksikan di Depok saja, melainkan juga di seluruh Indonesia.

Dalam agenda yang sama, Anies turut menyoroti tantangan besar yang akan dihadapi dalam Pilpres 2024 mendatang.
“Kita tahu tantangannya besar, kalau di angka (elektabilitas) dikatakan rendah, biarkanlah itu di atas kertas,” kata Anies dalam sambutannya.

- Advertisement -

“Kepada mereka yang memiliki kekurangan material, kita akan menunjukkan, tidak ada rupiah yang menggantikan semangat yang kita miliki,” sambungnya.
Ungkapan tersebut disampaikan Muhaimin dan Anies di tengah kondisi hasil survei sejumlah lembaga survei yang selalu menempatkan pasangan AMIN di posisi paling bawah.

Berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) 16-18 Oktober 2023, elektabilitas pasangan AMIN berada di angka 19,6 persen.
Sementara itu, elektabilitas kubu lawan yakni pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di kisaran 26,1 persen dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan 35,9 persen. Sekitar 18,3 persen tidak memberikan jawaban.

Survei tersebut melibatkan 1.229 responden dengan margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2,9 persen. Sebelumnya, survei LSI Denny JA pada 4-12 September 2023 juga menempatkan pasangan AMIN di posisi buncit dengan elektabilitas 15 persen. Pasangan Prabowo-Gibran tertinggi dengan 39,3 persen, diikuti Ganjar-Mahfud dengan 36,9 persen.

Survei ini dilakukan terhadap 1.200 responden dengan margin of error survei kurang lebih 2,9 persen.
Survei Indikator Politik Indonesia merinci elektabilitas Prabowo-Gibran mengantongi 36,1 persen. Sementara Ganjar-Mahfud 33,7 persen; dan AMIN 23,7 persen. Hal serupa juga terjadi pada elektabilitas bacapres. Prabowo unggul dengan 37 persen; Ganjar 34,8 persen; dan Anies 22,3 persen.

Survei nasional indikator politik dilakukan selama periode 16-20 Oktober 2023 dengan margin of error sekitar kurang lebih 1,97 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Survei hanya potret
Direktur Eksekutif Algoritma sekaligus dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana menyatakan survei hanya memotret dalam jangka waktu tertentu, tidak bisa dibandingkan dengan realitas lapangan.

- Advertisement -

“Survei itu kan potret. Potretnya itu melihat cara mengambilnya. Kalau dia konteksnya nasional, maka yang dipotret itu ya nasional,” kata Aditya kepada CNNIndonesia.com melalui pesan suara, Selasa (31/10).

“Refleksi nasional itu adalah refleksi yang bisa kita lihat untuk konteks yang ada. Jangan kemudian disamakan ketika di-zoom in lebih jauh, itu akan terjadi hal-hal yang bisa jadi berbeda,” sambungnya.

Ia menilai wajar fakta lapangan massa pendukung AMIN di Depok, Jawa Barat, menyemut. Menurut dia, hal tersebut dipengaruhi oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS)– salah satu partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan pendukung AMIN yang sangat mendominasi di Depok untuk dua dekade terakhir.
Ia menyatakan ada mobilisasi partai politik untuk menghadirkan banyak massa pendukung AMIN.

“Menurut saya itu jadi bagian strategi untuk kemudian menyampaikan ke publik bahwa pendukung mereka memang banyak. Bahwa apa yang dikumpulkan massanya, itu riil. Untuk meningkatkan kepercayaan diri sebenarnya di antara pendukung,” tutur Aditya.

“Ketika direfleksikan dengan hasil survei pasti ya tidak sebangun,” tandasnya.

Anies-Imin bayangi Prabowo-Gibran
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan setiap survei dilakukan secara menyebar sehingga bisa saja hasilnya tidak tampak sebagaimana perkumpulan besar. Ia menyoroti dua cara memahami survei.

“Pertama, hasil survei tidak selalu sama dengan publikasi survei. Publikasi telah melalui berbagai macam pertimbangan dan narasi, sehingga tidak selalu murni sesuai dengan apa yang ada,” kata Dedi saat dikonfirmasi lewat keterangan tertulis.

“Kedua, hasil survei hanya bisa menjelaskan sesuai waktu survei dilakukan, perbedaan sample dan lokasi bisa pengaruhi hasilnya,” imbuhnya.

Menurut Dedi, hasil survei dan publikasi selalu ada di setiap lembaga survei. Dengan proses itu, publik diharapkan dapat memahami kalau survei merupakan bayangan dari kebenaran, bisa saja tidak sesuai dengan realitas.

“Dan, secara khusus untuk Anies-Muhaimin, sebenarnya mereka tidak dapat disebut rendah dalam survei, karena selisih dengan kandidat lain masih berdekatan. Bahkan dalam catatan IPO, Anies-Muhaimin sebenarnya membayangi elektabilitas Prabowo-Gibran,” tandasnya.

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengingatkan Amien Rais syndrom soal rendahnya elektabilitas pasangan AMIN.

Mardani menjelaskan, Amies Rais syndrom adalah istilah yang pernah sampaikan analis politik Eep Saefulloh Fatah kepada Anies. Istilah itu merujuk pada fenomena tingginya popularitas Amien di era reformasi ’98. Namun, pada Pemilu 2004, Amien hanya memperoleh 14 persen suara.

“Ketika reformasi Pak Amien itu melambung sekali, yang hadir penuh tapi ketika pemilu 2004, cuma dapat 14 persen,” kata Mardani di kompleks parlemen, Selasa (31/10).

Namun, popularitas Amien Rais tak berbanding lurus dengan perolehan suaranya di Pilpres 2004. Dia hanya memperoleh 14,66 persen suara dan menempati posisi keempat dari lima kontestan.
Jauh di bawah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan 33,57 persen, Megawati Soekarnoputri 26,61 persen, dan Wiranto 22,15 persen.

Kasus serupa, menurut Mardani, juga bisa terjadi saat ini kepada pasangan Anies-Cak Imin (AMIN). Meski kopi darat keduanya selalu ramai dihadiri masyarakat, popularitas dan elektabilitas keduanya selalu di posisi paling buncit di antara dua pasangan capres cawapres lain.
Mardani mengatakan bahwa hasil survei akan terus menjadi masukan bagi pihaknya. Dia mengaku tak akan puas dengan kehadiran atau antusiasme masyarakat dalam setiap forum Anies.

“Karena itu spotlight memang ramai, tapi hasil itu lebih menyeluruh lebih sesuai dengan kaidah ilmiah yang samplingnya itu rata,” kata Mardani.  (Zs/CNN)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini