spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

Dolar AS Makin Perkasa, Diprediksi dapat Menembus Rp16.000!

KNews.id- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS beberapa waktu ini mengalami tekanan. Bahkan sempat menyentuh level Rp 15.000. Kini mata uang garuda itu berada di level Rp 14.900an dan nyaris kembali ke level Rp 15.000-an.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan jika nilai tukar beberapa waktu ini sangat fluktuatif. Penyebabnya adalah dari data eksternal seperti angka inflasi dan kenaikan suku bunga yang terjadi pada beberapa negara.

- Advertisement -

“Negara-negara itu mengerek suku bunga demi menahan laju inflasi yang tinggi. Apalagi pasar tertuju pada Amerika Serikat (AS) yang bank sentralnya disebut akan menaikkan bunga hingga 3,5%. Ini yang menyebabkan indeks dolar AS berada di posisi 108 ada kemungkinan indeks dolar AS ini menuju 110 karena tanggal 25-26 Juli ini Fed akan mengumumkan lagi suku bunganya, sehingga wajar kalau rupiah masih fluktuatif,” jelas dia saat dihubungi, Rabu (13/7).

Ibrahim menyebutkan, saat ini Gubernur Bank Indonesia (BI) dan pemerintah terus mengawasi gejolak inflasi dan saat ini masih cukup stabil. BI juga memiliki strategi dengan bauran kebijakan untuk menahan tingginya laju inflasi. “Sehingga dinilai belum saatnya menaikkan bunga. Sebenarnya ini data yang bagus agar rupiah menguat apalagi pertumbuhan ekonomi kuartal II diprediksi akan berada di atas level 5,01% jika 5,1% maka mengindikasikan saat dunia terjadi kontraksi ekonomi, ekonomi Indonesia tetap melaju,” ujar dia.

- Advertisement -

Dia mengungkapkan nilai rupiah dalam beberapa waktu ke depan masih bergerak di kisaran Rp 14.950 – Rp 15.020. Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan, sebenarnya dampak yang akan terasa dari penguatan dolar AS ini adalah kenaikan harga barang seperti elektronik, suku cadang otomotif sampai obat-obatan yang memang bahan bakunya impor.

Dia menyebutkan dengan naiknya harga bahan baku ini maka biaya produksi akan naik signifikan akibat inflasi dan selisih kurs yang membuat perusahaan yang memiliki ketergantungan impor sebagai efisiensi.

- Advertisement -

“Risiko efisiensi ini akan ada potensi gelombang PHK pada industri manufaktur,” kata dia saat dihubungi, Rabu (13/7).

Bhima menyebutkan dampak lain dari pelemahan nilai tukar ini adalah bisa mempengaruhi kemampuan membayar utang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta. Dia mengatakan semakin lebah nilai tukarnya maka ujungnya akan mempengaruhi stabilitas moneter karena pemerintah memiliki jumlah utang luar negeri (ULN) yang berat terutama beban bunga utang untuk valuta asing.

Sekadar informasi saat ini posisi Utang Luar Negeri (ULN) per 31 Mei 2022 tercatat Rp 7.002 triliun atau setara dengan 38,8% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Utang ini didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) mencapai 88,2% dari total utang.

Karena itu, jika terjadi currency mismatch maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (PE) sampai pengaruh pada stabilitas politik.

“Seperti yang terjadi di banyak negara seperti Sri Lanka, Laos dan Myanmar. Jadi masyarakat sekarang harus menahan diri untuk belanja. Fokus ke dana darurat rupiah diperkirakan bisa menuju level Rp 16.000 per dolar AS,” imbuh dia.

Dari data Reuters sore ini dolar AS kembali menguat berada di posisi nyaris Rp 15.000 yaitu Rp 14.9990. Pergerakan sepanjang hari tercatat Rp 14.966 hingga Rp 14.998.

Kemudian dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) per 13 Juli 2022 tercatat Rp 14.985. Pada 6 Juli 2022 sempat menyentuh level Rp 15.015, kemudian menguat ke level Rp 14.986. (AHM/dtk)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini