spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

Batas Aman Devisit Anggaran Naik Enam Persen, RR: Pemerintah Panik!

KNews.id- Ekonom senior Rizal Ramli mengungkapkan bahwa salah satu yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi RI merosot adalah merosotnya daya beli masyarakat. Hal ini menurutnya terjadi karena pertumbuhan kredit negatif sejak Oktober 2020 lalu hingga saat ini.

“Jadi istilahnya, uang yang beredar saja di sedot, karena makin lama utang yang makin membesar. Dan inikan, untuk bayar utang saja pemerintah harus utang lagi, termasuk dengan menjual surat utang negara,” ujanya, dalam sebuah diskusi di Youtube.

- Advertisement -

Rizal juga menyebut, dengan langkah yang dilakukan saat ini memperlihatkan bahwa pemerintah tidak mampu membawa Indonesia keluar dari krisis.

“Kebijakan saat ini kebalik-balik, lihat saja Turki, India juga kena masalah ekonomi karena covid-19. Tapi apa yang mereka lakukan, sama… dengan memompa daya beli masyarakat menengah ke bawah, itu yang pemimpin lakukan, sehingga ekonomi mereka back-up. Nah di Indonesia yang dilakukan terbalik, karena menteri keuangannya terbalik” sebut Rizal.

- Advertisement -

Adapun yang dimaksud Rizal adalah yang saat ini dilakukan pemerintah adalah, pajak untuk kelompok ekonomi menengah ke atas dikurangi.

“Misalnya, pajak mobil, sawit dan lainnya. Tapi yang pajak yang kecil justru dinaikkan. Jadi justru yang di bawah diteken dan makin anjlok. Tidak aneh, boro-boro memperbaiki kondisi ekonomi malah kita akan nyungsep,” sambung Rizal.

- Advertisement -

“Nah, kayaknya ini sudah panik, devisit anggaran tadinya di bawah 3% dinaikin jadi 6%, karena mau tetep jalanin proyek-proyek. Dimana-mana yang namanya krisis kita potong dulu, yang penting-penting aja dulu yang dilakukan.

“Ini sumbernya darimana lagi, minjem, dan memaksa Bank Indonesia mencetak uang, ini sudah panik, pakai dana wakaf… akhirnya lama-lama kepepet.. minta tolong sama IMF, makin hancurlah ekonomi Indonesia. Saya yakin dia undang IMF ke Indonesia, Jokowi jatuh, mirip seperti Soeharto waktu itu” ungkap mantan anggota tim panel penasihat ekonomi PBB ini.

Rizal juga mengaku bingung dengan presiden Jokowi, dimana menurutnya, prestasi Menkeu Sri Mulyani tidak mampu membuat kondisi perekonomian Indonesia meningkat namun masih dipertahankan di pemerintahan.

“Pengelolaan fiskalnya payah, utangnya ugal-ugalan, tax ratio kita rendah. Harusnya menteri keuangannya dipecat. Tapi Mas Kwik mengatakan pak Jokowi gak berani pecat Sri Mulyani. Dan yang menarik adalah sebelum saya jadi menko nya Gusdur, menko nya adalah pak Kwik. Saat itu dibentuk oleh pak Kwik itu Dewan Ekonomi Nasional (DEN).

Ada pak Emil Salim, dan ada juga Sri Mulyani anggotanya. Itu kalau rapat di dalam, dan begitu rapat selesai, sejam kemudian sejam kemudian (Sri Mulyani-red) dia terima telfon dari perwakilan bank Dunia, dia (Sri Mulyani) marah-marahin pak Kwik, Pak Kwik gak boleh bicara ini, usul ini itu, akhirnya selidik punya selidik, yang bocorin Sri Mulyani.

“Saya juga waktu itu saya diangkat Gusdur jadi Menko, ada rapat DEN, pak Kwik tulis memo dengan saya, mas Rizal begini ya yang namanya antek-antek, kok dia yang bacain Letter of Intent (surat resmi) IMF, kan saya yang negosiasi. Sayang saya gak simpan surat itu. Ini mewakili tuannya, bukan mewakili kepentingan Indonesia. (Ade/bcra)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini