“Kami mendapati pintu digembok. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk menjebol tembok ventilasi,” ujar saksi mata Supriadi, Rabu (5/10).
“Kami sempat keluar menit 85, kemudian ada letusan gas air mata dan mendengar jeritan. Kami masuk kembali, kemudian situasi kacau,” sambungnya.
Meskipun akhirnya berhasil selamat, tiga teman mereka meninggal dunia, termasuk dalam 131 korban jiwa tragedi Kanjuruh. Bahkan dia mengaku tidak mengetahui kekacauan di luar stadion, karena mereka saat itu fokus menolong korban, serta mereka tidak sempat membuat dokumen foto atau video.
Mereka baru tahu tragedi Kanjuruhan setelah ratusan jenazah dievakuasi. Dalam kejadian ini, sebanyak 131 orang tewas, termasuk dua anggota polisi. (Ade/replt)