spot_img
Jumat, Mei 10, 2024
spot_img

Ambisi Telkom Indonesia dan Peran Krusial Telin

KNews.id – Ambisi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemain besar dengan ekosistem digital raksasa di kawasan Asia akan diwujudkan dengan mengerahkan anak usahanya yang bergerilya di luar negeri, PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin).

Direktur Wholesale dan International Service Bogi Witjaksono menyampaikan, dalam membangun ekosistem digital, Telkom bukan hanya berfokus pada penguatan lini usaha pusat data (data center), tetapi juga infrastruktur konektivitas seperti kabel fiber optik.

- Advertisement -

“Jadi, beyond dari pada data center itu pasti ada konektivitas yakni konektivitas ke global seperti yang dilakukan Telin,” ucap Bogi.

Saat ini, Telin sedang agresif melakukan berbagai pengembangan. Bahkan, Bogi menyebut, ada tujuh inisiasi pembangunan kabel fiber optik yang akan digarap Telkom bersama Telin. Kabel fiber optik ini nantinya terkoneksi dengan hyper scale data center milik anak usaha Telkom yang lain yakni Telkom Data Ekosistem (NeutraDC).

Telin merupakan perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi global yang 100% sahamnya dikuasai oleh Telkom Indonesia. Dilihat dari sisi produk, Telin menawarkan produk berupa cyber security, cloud, dan platform komunikasi. Sedangkan NeutraDC merupakan anak usaha perseroan yang bergerak di data center.

- Advertisement -

Di samping fokus memperkuat bisnis di luar negeri, Telkom juga terus meningkatkan kualitasnya sebagai market leader di dalam negeri dengan bergerak menuju seamless dalam menghubungkan antar data center.

“Jadi, orang gak lagi merasakan data center ini ada mana. Tapi seamless ini sedang kami kerjakan dan insyallah satu per satu mulai selesai,” tambah Bogi.

- Advertisement -

Lebih jauh, perseroan juga sudah mengembangkan data center di daerah-daerah terpencil atau yang disebut sebagai adds. Bogi mengungkapkan, tahun ini Telkom menargetkan data center di wilayah terpencil tersebut bertambah menjadi 30 dengan tingkat okupansi lebih dari 85%.

Selanjutnya, Telkom bakal mengagregasi para pemain digital yang ingin mengakses konten di data center di dalam i-ball. Bogi mengklaim, perseroan sudah mengembangkan i-ball dan menunjukkan hasil yang cukup signifikan.

Pada kesempatan yang sama, Chief Executive Officer Telkom Data Ekosistem (NeutraDC) Andrew Th.AF menyebut, saat ini permintaan terhadap data center berada di level 350 megawatt dan akan meningkat empat kali lipat menjadi 1,2 gigawatt pada 2030.

Kepada Investor Daily, emiten telekomunikasi pelat merah ini mengungkapkan membutuhkan investasi sebesar US$ 4,4 miliar atau setara Rp 67 trilin untuk membangun data center berkapasitas jumbo hingga 2030.

Menurut Andrew, meningkatnya permintaan terhadap data tersebut karena dipicu tiga faktor. Pertama, berakhirnya latency atau keterlembatan dalam jaringan komunikasi yang kini secara serentak mendekat kepada end user. Kedua, personal data protection, dan ketiga energi Indonesia yang dapat diprediksi.

Bogi menegaskan, ambisi Telkom menjadi perusahaan telekomunikasi nomor wahid di Asia harus terjadi. Mengingat, Indonesia memiliki demografi yang besar. Faktor pemicu lain adalah masuknya para pemain digital global ke Indonesia. Mereka ekspansi ke Indonesia karena melihat populasi Indonesia yang besar sehingga akan menjadi driver dalam perekonomian digital.

Tidak cukup dari situ, Bogi menambahkan, penting juga untuk melihat siapa atau pihak di balik layar, yang mendorong bisnis data center ini. Soalnya, faktor tersebut krusial untuk meningkatkan kepercayaan para mitra. “Jadi, tidak cukup hanya dilihat dari kepemilikannya di data center, tapi di atas data center ini siapa saja yang mendorong,” tuturnya.

Untuk itu, Telkom harus mampu bersaing dengan para kompeititor. Misalnya, kompetitor data center yang berlatarbelakang dari industri properti dan over the top (OTT). Sebagai pemain yang berangkat dari industri telekomunikasi, Telkom dan pesaing lainnya tentu mempunyai pendekatan yang berbeda-beda.

“Karena itu, kami membangun i-ball karena kami mempunyai basis pelanggan. Kalau basis properti itu gak punya basis pelanggan. Dia hanya menyediakan ruang. Kalau dari OTT, dia punya basis pelanggan, tapi tidak langsung. Dia hanya di kontennya,” tutup Bogi.

(Zs/ID)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini