spot_img
Rabu, Mei 22, 2024
spot_img

Ternyata Padi China Pernah Ditanam di Indonesia, dan Mengalami Kegagalan

 

KNews.id – Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengajak China untuk transfer teknologi penanaman padi di Indonesia. Upaya itu dilakukan untuk proyek food estate swasembada pangan di Indonesia.

- Advertisement -

Pernyataan itu diungkapkan dalam Instagram resmi Luhut. Ia mengungapkan rencana itu setelah pertemuan ke-4 High-Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi beberapa waktu lalu.

Ternyata, upaya serupa pernah dilakukan Pemerintah Indonesia di masa dulu. Itu diungkapkan Pengamat Pertanian Khudori.

- Advertisement -

Khudori mengatakan, Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2007 (pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono/SBY) pernah ke China dan kepincut dengan benih hibrida China.

”China memang tersohor soal ini karena di sana ada pengembangan atau penemu benih hibrida yang termasyhur di dunia, Yuang Longping. Produktivitas padi diklaim bisa 16 ton/ha. Bahkan pada saat itu ada kerja sama perusahaan China dengan perusahaan Indonesia di bidang perbenihan,” tuturnya.

- Advertisement -

Sayang, hal itu menghadapi kegagalan.

Belakangan diketahui, benih padi hibrida yang diimpor dan dibagikan sebagai bagian dari bantuan benih kepada petani di dalam negeri, hasilnya tidak menggembirakan.

”Di beberapa tempat padi hibrida yang ditanam petani terserang penyakit. Ini menandakan, tidak mudah mengintroduksi sistem usaha tani, benih salah satunya. Pasti butuh inovasi tambahan. Inovasi ketahanan penyakit misalnya,” ujarnya.

Ia mengatakan, produktivitas padi di China memang tinggi, bahkan mengalahkan Indonesia. Namun, produktivitas padi petani Indonesia jauh meninggalkan petani Vietnam, dan Thailand.

”Indonesia hanya kalah dari China. Produktivitas di China tinggi karena lebih dari separuh benih yang ditanam benih padi hibrida. Sebaliknya, benih padi hibrida di Indonesia masih kecil porsinya,” paparnya.

Menurutnya, mengintroduksi sistem usaha tani, seperti menghadirkan benih dari negara lain, termasuk dari China, tidak selalu jadi solusi baik.

Sebab, benih tersebut harus membutuhkan adaptasi, seperti sifat tanah, ketahanan pada iklim, dan serangan hama penyakit.

”Prosesnya, bisa lama bisa pendek. Dan tak selalu berhasil. Bisa juga mengalami kegagalan. Lebih dari itu, untuk proses adaptasi seperti ini pasti membutuhkan input dari ahli-ahli lokal agar berhasil. Tanpa keterlibatan ahli-ahli lokal, peluang gagal cukup besar,” tambahnya.

Ia pun mengingatkan perbedaan iklim di Indonesia dan China. Di mana, Indonesia merupakan negara dengan dua musim. Sementara China, negara dengan empat musim.

”Perbedaan ini bakal memengaruhi karakter budidaya, karakter tanah, perilaku iklim/cuaca juga berbeda. Ahli di China bisa saja jagoan dalam pertanaman padi di sana, tapi ketika teknologi serupa diterapkan di Indonesia belum tentu berhasil. Hal ini mesti disadari para pengambil kebijakan,” jelasnya.

(Zs/M.News)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini