spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Rupiah Menyentuh Nilai Terendah 18 Bulan Terakhir, Tanda Bahaya?

KNews.id- Dolar Amerika Serikat (AS) berhasil melibas rupiah hingga di pertengahan perdagangan Selasa (14/6). Dolar AS telah menguat 3% sejak rilis data inflasi yang kian panas pekan lalu. Tidak heran, rupiah pun tak berdaya hingga sempat menyentuh titik terendah sejak 18 bulan terakhir.

Melansir Refinitiv, rupiah di sesi awal perdagangan terkoreksi tajam 0,57% ke Rp 14.700/US$ dan merupakan titik terendah sejak 18 bulan terakhir. Kemudian, rupiah memangkas pelemahannya menjadi 0,35% ke Rp 14.730/US$ pada pukul 11:00 WIB.

- Advertisement -

Seperti yang diwartakan Reuters, Wall Street Journal dan Goldman Sachs telah memprediksikan peluang sebanyak 90% bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 basis poin. Jika terjadi, maka penguatan dolar AS diprediksikan akan terus terjadi pekan ini.

Dolar AS telah menguat 3% setelah dirilisnya Indeks Harga Konsumen (IHK) per Mei yang melesat 8,6%year-on-year(yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981.

- Advertisement -

Indeks dolar AS kembali meneruskan penguatannya hari ini, hingga mencapai rekor tertinggi sejak 20 tahun karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga acuan yang agresif pekan ini dan kemungkinan resesi. Pada perdagangan pagi hari waktu Indonesia, indeks dolar sempat mencapai posisi 105,29.

Namun, pukul 11:00 WIB, si greenback kembali terkoreksi tipis 0,02% ke posisi 105,054 terhadap 6 mata uang dunia lainnya. Meski begitu, dolar AS masih berada dekat dengan rekor tertingginya.

- Advertisement -

Selain itu, lonjakan pada imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS semakin menguatkan prediksi pasar bahwa The Fed akan mempercepat kenaikan suku bunganya.

Kemarin, yield obligasi tenor 10 tahun naik 21 basis poin ke 3,37%, sedangkan yield obligasi tenor 2 tahun menguat 30 basis poin ke 3,34%. Hal tersebut menandakan adanya inversi kurva imbal hasil yang biasanya menunjukkan adanya potensi resesi.

Keperkasaan dolar AS tersebut, menumbangkan mayoritas mata uang di Asia. Rupiah masih menjadi salah satu mata uang dengan pelemahan yang terbanyak di Asia. Disusul oleh baht Thailand yang terkoreksi 0,17% terhadap dolar AS. (Ade/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini