spot_img
Sabtu, April 27, 2024
spot_img

RR Mengirim ‘Warning’ ke Jokowi: Hati-hati Penjilat, Kegagalan atasi Pandemi dan Indikator Makro Ekonomi Merosot!

KNews.id- Tokoh nasional Rizal Ramli kembali mengingatkan kepada presiden Jokowi agar lebih berhati-hati terhadap orang-orang di sekelilingnya. Karena menurutnya, banyak pejabat negara yang selelu mengumbar janji namun pada realisasi kerja jaug dari harapan yang diinginkan.

“Mas Jokowi hati-hati, terlalu banyak penjilat di sekitar Mas Jokowi. Mereka terus umbar ini umbar itu,” kata Rizal dalam akun Twitternya.

- Advertisement -

Mantan Menko Maritim itu juga menjelaskan, bahwa kinerja para menteri Jokowi juga menujukkan ketidak-mampuan dengan sejumlah indikator proyek-proyek serta cara penanganan pandemi covid-19 yang sampai saat ini masih berlangsung di Indonesia.

“Lihatlah kinerja investasi, sudah 15 proyek yang tidak pernah direalisasi. Lihatlah indikator2 makro merosot. Lihatkah tokoh2 boasting sesumbar akan turunkan covid,” jelas Rizal.

- Advertisement -

Sebagaimana dietahui, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi dari penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) sepanjang 2020 sebesar Rp 412,8 triliun. Pencapaian ini minus 2,4% dari realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp 423,1 triliun.

Tak hanya itu, sejumlah proyek juga sampai saat ini masih belum teralisasi dengan baik. Misalnya saja infrastruktur, dimana sejumlah proyek masih mendapatkan masalah, bahkan tak heran masih banyak terjadi korupsi proyek infrastruktur di sejumlah daerah yang memaksa beberapa kepala daerah ditangkap oleh KPK.

- Advertisement -

Rizal Ramli Mengingatkan terkait Makro Ekonomi yang Merosot

Jauh sebelumnya Rizal Ramli pernah menjelaskan, bahwa pada Medio Agustus 2020, ia telah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia sudah masuk dalam resesi sejak kuartal II/tahun 2020. Penilaian mantan Menko Ekuin pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu didasarkan pada rumusan yang lazim di dunia internasional.

“Kita bisa lihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 yang sebesar 2,97 persen sudah mengalami kontraksi 2 persen dibandingkan dengan kuartal IV/2019 yang tumbuh 4,97 persen. Kemudian pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi lagi-lagi terkontraksi -5,32 persen atau minus 4,19 persen ketimbang kuartal I/2020,” ujarnya. “Kalau berdasarkan rumusan dunia internasional bila ekonomi terus merosot selama dua kuartal ya berarti resesi,” tegas Rizal Ramli, di Jakarta, Selasa (3/11) lalu.

Adapun menurutnya terkait resesi, sebenarnya sejak tahun lalu sudah banyak indikator yang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi di Indonesia melemah terlepas ada atau tidaknya pandemi Covid-19.

“Sejak satu setengah tahun yang lalu, kami sudah ingatkan bahwa ada indikator-indikator yang menunjukkan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan baik secara makroekonomi dengan menggunakan indikator misalnya trade surplus-nya makin mengecil,” sambungnya.

Mantan Menko Ekuin era Gusdur ini juga menegaskan, bahwa indikator lain yang menujukkan ekonomi Indonesia melemah adalah transaksi berjalan defisitnya semakin lebar. Kemudian primary balance yang negatif, artinya untuk bayar bunga bank saja Indonesia harus utang.

“Kalau primary balance-nya positif itu tidak, tapi kalau satu negara hanya untuk bayar utang juga mesti ngutang itu negatif primary balance-nya dan ini adalah faktor perlambatan ekonomi,” ujar Rizal.

Selain itu, soal tax ratio (penerimaan pajak dibanding PDB) sejak tahun lalu hanya 10 persen dan saat ini bahkan negatif. Ini menunjukkan otoritas fiskal tidak efektif.

“Karena doyannya nguber [mengejar] yang kecil-kecil doang, sama yang gede-gede tidak berani justru dikasih tax holiday dan pembebasan pajak 20 tahun, dan sebagainya,” sambung mantan anggota tim panel penasihat ekonomi PBB ini.

Menurutnya, strategi yang dilakukan oleh Menkeu Sri Mulyani terbalik, karena hanya fokus mengejar pajak kalangan menengah ke bawah atau yang kecil. Alhasil, tidak aneh jika penerimaan pajak menjadi kecil karena tidak fokus dengan yang besar.

“Sehingga sejak satu setangah tahun yang lalu, semua indikator makro Indonesia sudah merosot dan ekonomi akan melambat,” tutupnya.

Kembali mengingatkan bahwa sebelumnya, Presiden Jokowi dalam konfrensi pers, Senin (2/11) lalu menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi minus sekitar 3 persen pada kuartal III 2020. Artinya, Indonesia resmi masuk jurang resesi setelah pada kuartal sebelumnya, laju ekonomi minus 5,32 persen. (AHM/bcra)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini