spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

PPKM Selesai? Ekonomi Siap Digenjot Lagi

KNews – PPKM selesai? ekonomi siap digenjot lagi. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada Juli 2021 berdampak luar biasa.

Dari sisi kesehatan, kebijakan ini ampuh dalam menekan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun dari sisi sosial-ekonomi, kebijakan ini menjadi pukulan yang amat dahsyat.

- Advertisement -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan PPKM Darurat berlaku pada 3-20 Juli 2021 di Jawa-Bali, berbagai daerah lain menyusul tidak lama kemudian. Memang tidak ada pilihan, kala itu Indonesia sedang menghadapi gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona.

Kasus positif harian mencapai puluhan ribu orang setiap harinya, puncak terjadi pada pertengahan Juli di mana kasus positif menembus angka 50.000 orang. Rumah sakit penuh, pasokan oksigen medis langka, harga obat-obatan melambung tinggi. Indonesia pun menjadi sorotan dunia.

- Advertisement -

PPKM Darurat mewajibkan pekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal 100% bekerja di rumah. Siswa-siswi dan mahasiswa kembali belajar dari jarak jauh, setelah sebelumnya ada uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Pusat perbelanjaan alias mal wajib tutup. Restoran dan warung makan hanya melayani pesanan delivery da takeaway. Bahkan rumah ibadah pun menutup pintu bagi para jamaah.

- Advertisement -

Aparat keamanan dari TNI dan Polri diterjunkan untuk menjaga ratusan bahkan mungkin ribuan titik. Aparat menyekat pengguna jalan, mereka yang diketahui tidak bekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal atau tidak punya kepentingan penting bin mendesak diminta untuk balik kanan.

Situasi begitu mencekam kala itu. Suara sirine ambulans meraung tidak kenal waktu. Jakarta dan berbagai kota besar lain baik kota hantu, sepi tanpa tanda-tanda kehidupan.

Perkembangan itu berdampak ke aspek ekonomi. Kepercayaan masyarakat anjlok, tidak ada rasa percaya diri dalam memandang prospek perekonomian.

Hal ini terekam di Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Saat IKK di bawah 100, artinya konsumen tidak yakin memandang situasi ekonomi saat ini hingga enam bulan ke depan.

Pada Juli 2021, IKK berada di 80,2, anjlok dari bulan sebelumnya yang 107,36. Pada Agustus 2021, IKK turun lagi jadi 77,31, terendah sejak Survei Konsumen dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada 2010.

Kata pepatah, hidup bak roda pedati. Kadang di bawah, kadang di atas.Setelah titik nadir pada medio 2021, nasib bangsa Indonesia mulai diangkat ke atas. PPKM Darurat membuahkan hasil, pandemi semakin terkendali.

Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona bertambah 244 orang dari hari sebelumnya. Ini adalah kasus harian terendah sejak April 2020.

Dinamika ini tentu tidak membuat pemerintah diam. Secara bertahap, pemerintah melonggarkan PPKM. Saat ini sudah tidak ada wilayah di Jawa-Bali yang berstatus PPKM Level 4 (paling ketat). Bahkan Jakarta sudah mendapat status PPKM Level 1 (paling longgar).

Mobilitas masyarakat pun sudah kembali berdenyut. Jakarta sudah tidak lagi ‘mati’, jalanan sudah kembali diwarnai kemacetan. Seperti pandemi sudah pergi.

Mengutip Apple Mobility Index, kali terakhir indeks mobilitas masyarakat Indonesia dengan mengemudi berada di bawah 100 adalah pada 1 September 2021, sudah lebih dari dua bulan lalu. Indeks di atas 100 berarti mobilitas sudah kembali seperti masa pra-pandemi.

Per 5 November 2021, indeks mobilitas dengan mengemudi ada di 151,99. Selama seminggu hingga 5 November 2021, rerata indeks ini ada di 130,97 per hari. Naik dibandingkan rata-rata tujuh hari sebelumnya yaitu 128,5.

Sementara berdasarkan Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, tingkat kunjungan masyarakat Indonesia ke lokasi perbelajaan ritel dan rekreasi pada 4 November 2021 adalah 12% di atas normal.

Rata-rata kunjungan dalam seminggu hingga 4 November 2021 adalah 8,71% di atas normal setiap harinya.Naik dibandingkan sepekan sebelumnya yakni 5,57% di atas normal saban harinya.

Perlahan tetapi pasti, keyakinan masyarakat akan prospek ekonomi kembali meninggi. Pada September 2021, IKK naik ke 95,47 dan bulan lalu akhirnya berhasil menembus level 100 tepatnya 113,29.

“Kenaikan IKK terutama didorong oleh membaiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau membaik terutama persepsi terhadap lapangan kerja dan penghasilan saat ini.

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat, seiring pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas di berbagai wilayah Indonesia sebagai dampak respons penanganan Covid-19 yang makin baik.

“Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang juga terpantau menguat dan terus berada pada area optimistis.

Penguatan ekspektasi konsumen didukung oleh kenaikan pada seluruh aspek pembentuknya, yaitu ekspektasi penghasilan, ekspektasi ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi kegiatan usaha,” papar laporan BI.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. PPKM Darurat memang menyakitkan, tetapi setelah itu buahnya sangat manis. Pandemi terkendali, ‘roda’ ekonomi bisa bergulir lagi.

Jangan sampai buah manis ini hanya sebentar kita rasakan. Jangan sampai pandemi ‘menggila’ lagi yang membuat pemerintah mengetatkan PPKM seperti dulu.

So, walau pandemi sudah kian jinak, protokol kesehatan jangan sampai kendur. Jangan beri virus corona kesempatan untuk menyerang lagi. Jangan sampai ada gelombang serangan ketiga. (RKZ/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini