spot_img
Selasa, Mei 21, 2024
spot_img

Perseteruan Rosan Roeslani Vs Rothschild dalam Polemik Pembelian Inter Milan

KNews.id – Nama Rosan Roeslani kembali ramai diperbincangkan usai resmi diumumkan sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Maju oleh bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto. Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut diperkenalkan dalam acara deklarasi pasangan capres cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Prabowo – Gibran) pada.

Rosan Roeslani dikenal sebagai seorang pengusaha Indonesia yang pernah merangkap jabatan sebagai Wakil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Dia juga adalah Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dan mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) periode 2015-2021.

- Advertisement -

Lulusan European University Belgia ini juga merupakan mitra Erick Thohir saat membeli klub sepak bola raksasa asal Italia, Inter Milan. Kala itu, Erick menggandeng dua partnernya, yakni Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo, untuk mengakuisisi saham Inter Milan.

Handy Soetedjo adalah bos perusahaan investasi PT Midasia Capital. Sedangkan, Rosan adalah salah satu direktur PT Berau Coal Energy, anak usaha dari Bumi Plc.

- Advertisement -

Sayangnya, peran Rosan dalam pembelian salah satu klub elite Eropa tersebut disoroti secara negatif oleh Nathaniel Rothschild, seorang miliarder asal Inggris. Saat itu, Rothschild menganggap ada keterkaitan Rosan dengan sengketa yang terjadi di tubuh Bumi Plc, yang juga melibatkan grup Bakrie.

Kisah Rosan vs Rothschild

Erick Thohir bersama Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo resmi membeli klub Inter Milan pada 15 Oktober 2013 silam. Pembelian itu ditandai dengan penandatanganan antara pemegang saham mayoritas Inter, yakni Massimo Moratti selaku pemegang Internazionale Holding S.r.l.

- Advertisement -

Dalam rilisan resminya, Massimo Moratti mengungkapkan bahwa sebesar 70 persen saham Inter akan dimiliki oleh perusahaan International Sports Capital yang dimiliki oleh ketiga pengusaha Indonesia tersebut. “Mereka akan menjadi pemegang saham pengendali melalui peningkatan modal khusus,” kata Moratti.

Seperti dikutip dari Reuters, Erick Thohir dan mitra bersedia membayar sekitar US$ 476 juta untuk 75 persen kepemilikan saham Inter. Klub ini sendiri memiliki utang sekitar 300 juta Euro.

Pembelian Inter Milan oleh Erick, Rosan, dan Handy ini ternyata menuai reaksi negatif dari Nathaniel Rothschild. Miliarder asal Inggris tersebut mengaitkan peran Rosan dengan masalah di perusahaan batu bara Bumi Plc. Saat itu, Rosan tengah menjabat sebagai salah satu direktur PT Berau Coal Energy, anak Perusahaan Bumi Plc.

Rothschild sendiri kala itu masih memiliki 21 persen hak suara di Bumi Plc. Keturunan baron perbankan Inggris ini terlibat sengketa dengan grup Bakrie dalam memperebutkan saham Bumi Plc.

Rothschild berkali-kali melayangkan tuduhan penggelapan uang perusahaan kepada grup Bakrie dan jajaran pemegang saham Bumi Plc, termasuk Rosan dan Berau Coal. Hal ini yang kemudian disangkutpautkan dengan pembelian Inter Milan oleh Rosan cs.

Rothschild kemudian menyatakan tindakan Rosan yang terlibat dalam pembelian Inter menjadi sinyal baru atas kelambanan manajemen Bumi Plc dalam mengembalikan dana milik perusahaan yang hilang. Dengan kata lain, Rothschild menyindir Rosan cs yang mampu mengucurkan dana sebesar US$ 137 juta untuk Inter, namun tak bisa memulihkan kinerja keuangan Bumi Plc.

“Roeslani memiliki dana untuk melakukan ini (membeli Inter) karena manajemen Bumi Plc gagal untuk mengambil tindakan hukum untuk melawan dia,” kata Rothschild dalam wawancara telepon akhir pekan ketiga Oktober 2013.

Menanggapi tuduhan tersebut, Rosan mengatakan bahwa argumen Rothschild tidak masuk akal. Rosan juga menegaskan telah memiliki komite investasi independen pada Inter Milan. Adapun masalah Bumi Plc, kata Rosan, telah diselesaikan dengan cara transparan.

“Tidak logis untuk membuat hubungan antara investasi Inter Milan dan situasi di Bumi Plc karena konteksnya benar-benar berbeda,” ucap Rosan saat itu.

Kekesalan Nathaniel Rothschild mencapai puncaknya saat pendiri Bumi Plc tersebut mengatakan Rosan mencuri uang dari pemegang saham minoritas di perusahaannya. Hal tersebut disampaikan Rothschild kepada Tempo melalui surat elektronik yang dikirimkan pada Senin, 21 Oktober 2013.

Rothschild mengatakan Rosan Roeslani mencuri dana Bumi Plc senilai US$ 282 juta atau sekitar Rp 3,1 triliun. Rosan, kata Rothschild, sudah diperingatkan oleh salah seorang auditor. Namun tidak ada tindakan apa pun atas peringatan tersebut.

Rothschild menyatakan manajemen Vallar (perusahaan investasi milik Rothschild yang terlibat dalam pembentukan Bumi Plc) diperkenalkan kepada Rosan oleh petinggi bank JPMorgan Chase, Ian Hannam. Seorang petinggi JP Morgan lainnya, Lord Renwick, adalah anggota auditor Bumi Plc. Renwick, kata Rothschild, adalah orang yang memperingatkan Rosan atas pelanggaran itu. “Namun peringatan Renwick tidak ditanggapi sama sekali.”

Padahal sebelumnya, berdasarkan catatan Tempo, Bumi Plc mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan PT Berau Coal Tbk dan Rosan Roeslani agar mantan Presiden Direktur Berau tersebut mengganti aset Berau senilai US$ 173 juta atau Rp 1,71 triliun.

Juru Bicara Bumi Plc Jayesh Pankhania mengatakan kesepakatan itu merupakan penyelesaian atas dugaan penyimpangan dana di Berau senilai US$ 201 juta atau sekitar Rp 1,99 triliun pada 2011 dan 2012 ketika itu Rosan masih menjadi bos Berau.

“Kami sudah mencapai kesepakatan agar Pak Rosan mentransfer atau membayar setara aset menjadi aset dan atau dana tunai bagi Berau senilai US$ 173 juta. Pembayaran harus dilakukan dengan akta dan harus disaksikan oleh pihak independen dan lebih disukai dalam bentuk tunai,” ujar Pankhania dalam keterangan tertulisnya 26 Juni 2013.

Dalam persyaratan dalam kesepakatan itu, kata dia, Bumi dan Berau setuju untuk mengabaikan potensi klaim yang mungkin akan muncul kepada Rosan di masa mendatang. Di dalam akta juga disepakati bahwa Rosan tidak perlu mengakui kesalahan atau memiliki utang atas potensi klaim di masa mendatang.

Pankhania mengatakan kewajiban para pihak untuk mematuhi perjanjian termasuk diraihnya persetujuan oleh pemegang saham Bumi Plc. “Kesepakatan kami agar ada pengalihan aset ke Berau dan pengabaian potensi klaim. Saat ini para pemegang saham juga sedang mencari kesepakatan untuk pemisahan dengan Bakrie Group,” ujarnya.

Pada 31 Mei 2013, Bumi Plc mengumumkan telah menemukan dugaan penyelewengan dana oleh anak usaha Berau. Dalam pengumuman itu disebutkan transaksi pada 2011 dan 2012 senilai US$ 201 juta tidak memiliki tujuan bisnis yang jelas.

Berau merupakan perusahaan tambang batu bara yang 84,7 persen sahamnya dimiliki Bumi Plc. Selain Berau, Bumi Plc juga memiliki anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang juga merupakan anak usaha Bakrie Group.  (Zs/Tmp)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini