spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Mengukur Kemampuan BNI Menghadapi Ketidakpastian di Tahun 2021

KNews.id- Pandemi Covid-19 membuat perekonomian global termasuk Indonesia mengalami kontraksi. Setelah satu tahun terjadinya pandemi ini, 2021 diproyeksikan menjadi momentum kebangkitan terutama karena adanya vaksinasi yang diharapkan memulihkan aktivitas sosial dan ekonomi.

Pada 20202 lalu, kredit perbankan terkontraksi minus 2,41% secara year on year. Hal ini mencerminkan dunia usaha masih juga terdampak akibat adanya pandemi ini. Pada Januari, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit mengalami perbaikan menjadi minus 1,92%.

- Advertisement -

Akan tetapi, sepanjang 2020 Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan justru tumbuh signifikan 11,11% yoy. Sementara pada Januari juga masih tumbuh double digit atau 10,57%. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari kredit memberikan ruang tambahan likuiditas, yang merupakan darah bagi perbankan.

Risiko industri bank juga relatif terjaga yang tercermin pada NPL bruto di level 3,06%, sementara secara netto sangat rendah di 0,98% pada Desember 2020. Sementara rasio kecukupan modal bank atau Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 23,78% pada Desember 2020, dan naik menjadi 24,50% pada Januari 2021. CAR juga akan menjadi bantalan ketika terjadi peningkatan risiko.

- Advertisement -

Secara keseluruhan, industri perbankan di Indonesia jelas tidak kebal terhadap dampak pandemi Covid-19. Namun, kinerja 2020 mencerminkan industri ini masih memiliki imunitas untuk mampu bertahan di tengah masa sulit. Likuiditas perbankan masih cukup memadai (ample) ditandai oleh alat likuid perbankan yang terus meningkat mencapai sebesar Rp 2.111 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 1.251 triliun,

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan melalui berbagai kebijakan strategis yang akan dilakukan dan didukung dengan sinergi kebijakan antara Pemerintah, Bank Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya di tahun 2021 kredit perbankan diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,5 ±1% (yoy), sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB). Kemudian Dana Pihak Ketiga diperkirakan akan tumbuh solid di rentang 11 ± 1% (yoy).

- Advertisement -

Sebagai bank dengan total aset terbesar keempat, kondisi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sejalan dengan kondisi industri. Seperti perekonomian nasional, kinerja BBNI pun diharapkan pulih pada 2021. Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan dengan persiapan yang dilakukan BBNI pada tahun lalu, diproyeksikan tahun ini pertumbuhan laba bisa melesat dibandingkan 2020. Bahkan pertumbuhan laba BBNI pada 2021 bisa jauh lebih lebih melampaui pertumbuhan industri.

“Net profit growth diperkirakan akan paling tinggi dibandingkan peers tahun ini. Karena low based tahun lalu, maka pertumbuhannya berpeluang paling tinggi,” kata Suria kepada CNBC Indonesia.

Harga saham BBNI dibandingkan dengan fundamentalnya pun menurut Suria masih paling murah dibandingkan dengan yang lainnya. RTI mencatat saat ini Price to Book Value BBNI di angka 1,03 kali. Price to Book Value (PBV) adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, punya valuasi tinggi (overvalue) sedangkan saham dengan PBV di bawah 1 kali, punya valuasi rendah alias undervalue.

“Valuasi BBNI masih paling murah di antara yang lainnya,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, BNI penuh optimisme dalam menyambut pemulihan ekonomi serta bisnis pada 2021 yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Sejumlah target bisnis pun telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk bekerja lebih cepat.

“BNI saat ini melakukan proses konsolidasi dan transformasi yang cukup besar dan masif. Sehingga, akan ada banyak perubahan terkait arah bisnis ke depan,” kata Royke.

Pada Januari, kredit BBNI tercatat Rp 545,09 triliun atau tumbuh 4,55% dibandingkan Januari 2020 senilai Rp 521,368 triliun. DPK pun tercatat Rp 598,78 triliun atau tumbuh 7,1% dibandingkan Januari 2020 senilai Rp 558,98 triliun.

Sepanjang 2020, BBNI juga sudah mempersiapkan modal untuk bertarung menghadapi ketidakpastian tahun dengan menyertai perolehan labanya dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4% lebih besar dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 133,5%.

Adapun nilai provisi yang ditetapkan BBNI naik dari Rp 8,8 triliun pada 2019, menjadi Rp 22,5 triliun naik 155,6% dan menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Loan to deposit ratio (LDR) BNI pada akhir 2020 juga masih dalam posisi yang sehat yakni 87,3%, artinya BBNI masih memiliki ruang yang cukup lebar untuk menyalurkan kreditnya. Perusahaan juga memproyeksikan pertumbuhan kredit membaik di kisaran 6-9%. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen korporasi seiring pulihnya perekonomian. (Ade)

 

Sumber: CNBCIndonesia

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini