spot_img
Senin, Mei 6, 2024
spot_img

KTT G20 Delhi: Rival Baru China-India Resmi Pakai Nama Baru

KNews.id –  KTT G20 India secara resmi ditutup, Minggu. Pertemuan tingkat tinggi 20 ekonomi besar itu menghasilkan beberapa hal.

1. Rival Baru China

- Advertisement -

Sebuah proyek kereta api dan pelayaran multinasional yang menghubungkan India dengan Timur Tengah dan Eropa telah diumumkan di sela-sela KTT G20 di New Delhi, Sabtu. Hal ini dipandang sebagai tantangan terhadap ambisi ekonomi China di wilayah tersebut.

Koridor transportasi yang mencakup India, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania, Israel, dan Uni Eropa, diharapkan akan dapat membantu meningkatkan perdagangan. Selain itu, jalur tersebut menyediakan sumber daya energi, dan meningkatkan konektivitas digital.

- Advertisement -

Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi yang menjadi tuan rumah KTT G20 tahun ini mengatakan bahwa proyek ini akan sangat bermanfaat bagi generasi di masa yang akan datang.

“Meningkatkan konektivitas dengan seluruh wilayah telah menjadi prioritas utama bagi India,” kata Modi, berbicara melalui seorang penerjemah seperti dikutip Al Jazeera.

- Advertisement -

“Kami percaya bahwa konektivitas tidak hanya merupakan sarana untuk meningkatkan perdagangan timbal balik antar negara tetapi juga meningkatkan rasa saling percaya.”

Proyek ini pun mendapatkan pujian dari Amerika Serikat (AS), yang telah lama berambisi mengalahkan pengaruh proyek Sabuk dan Jalan (BRI) China. Penasehat Keamanan Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, mengatakan jaringan tersebut mencerminkan visi Biden untuk “investasi jangka panjang” yang berasal dari “kepemimpinan Amerika yang efektif” dan kemauan untuk merangkul.

“Peningkatan infrastruktur akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu menyatukan negara-negara di Timur Tengah dan menjadikan kawasan itu sebagai pusat kegiatan ekonomi, bukan sebagai sumber tantangan, konflik atau krisis seperti yang terjadi dalam sejarah baru-baru ini,” tambahnya.

Wartawan Al Jazeera Katrina Yu mengatakan bahwa para pejabat Eropa dan AS yang berada di Delhi memuji kesepakatan itu sebagai “pengubah permainan”. Ia menyebut kesepakatan ini akan mengurangi waktu perdagangan antara India dan Eropa sebesar 40%.

“Mereka mengatakan ini adalah koridor ekonomi yang dirancang untuk menghubungkan India, Timur Tengah, dan Eropa. Ini akan terdiri dari jalur kereta api dan jalur pelayaran yang akan melewati UEA, Arab Saudi, Yordania dan Israel,” kata Yu.

2. Melunak ke Rusia

KTT G20 juga mengatasi perbedaan referensi mengenai perang di Ukraina. Dalam komunike bersama sebanyak 83 paragraf, deklarasi Delhi menghilangkan kata-kata tegas dari pernyataan tahun lalu yang secara terang-terangan mengutuk agresi Rusia terhadap Ukraina.

Kata-kata “sebagian besar anggota mengutuk keras perang” termasuk di antara perubahan tersebut. Sebaliknya, negara-negara anggota G20 setuju untuk bersandar pada prinsip-prinsip piagam PBB mengenai integritas teritorial dan menentang penggunaan kekuatan.

“Banyak waktu yang dihabiskan – terutama dalam beberapa hari terakhir – sehubungan dengan masalah geopolitik, yang sebenarnya berpusat pada perang di Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri India

Hal ini sontak mengundang kekecewaan Ukraina. Dalam pernyataannya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, menyebut kesepakatan itu tidak dapat dibanggakan.

“Pada saat yang sama, G20 tidak memiliki hal yang bisa dibanggakan mengenai agresi Rusia terhadap Ukraina. Tentu saja, partisipasi pihak Ukraina akan memungkinkan para peserta untuk lebih memahami situasi,” ujarnya.

3. “Kiamat” Makanan

Dalam deklarasi Delhi, para pemimpin G20 menyerukan “implementasi penuh, tepat waktu dan efektif” dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam “untuk memastikan pengiriman biji-bijian, bahan makanan, dan pupuk/input dari Federasi Rusia dan Ukraina dengan segera dan tanpa hambatan.”

Rusia secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut. Manuver ini mengancam pengangkutan 725.167 ton gandum untuk Program Pangan Dunia ke beberapa negara yang paling rawan pangan di dunia, termasuk Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan dan Yaman.

Kerawanan pangan akibat krisis Ukraina yang memburuk menambah banyak tantangan yang menimpa dunia dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mempersulit upaya kebijakan untuk pulih dari dampak buruk pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dan sosial.

“Tantangan dan krisis selama bertahun-tahun telah membalikkan kemajuan dalam Agenda 2030 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” kata para pemimpin G20 dalam deklarasi Delhi, ketika mereka berjanji untuk melindungi kelompok paling rentan di dunia dengan mendorong pertumbuhan yang adil dan meningkatkan stabilitas makroekonomi dan keuangan.

4. Anggota Baru G20

Untuk lebih memperkuat tujuan tersebut, India juga mendorong pengakuan Uni Afrika (UA) sebagai kelompok regional kedua yang memperoleh keanggotaan penuh G20 setelah Uni Eropa (UE).

PM India Modi, dalam sambutan pembukaannya di KTT tersebut, mengundang UA yang diwakili oleh Ketua Azali Assoumani untuk duduk di meja para pemimpin G20 sebagai anggota tetap.

“Saya merasa terhormat menyambut Uni Afrika sebagai anggota tetap Keluarga G20. Hal ini akan memperkuat G20 dan juga memperkuat suara negara-negara Selatan,” bunyi pesan di akun resmi Modi di platform media sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter.

5. India Pakai Nama Baru

Secara internal, Modi juga fokus dalam hal pergantian nama India. Hal ini terlihat dari plat nama yang digunakan pemimpin yang berasal dari Partai BJP itu.

Alih-alih India, Modi terlihat menggunakan plang nama ‘Bharat’. Ini juga merupakan kesekian kali Modi memakai nama itu dalam gelaran G20 setelah sebelumnya memberikan undangan makan malam dengan stempel ‘Presiden Bharat’.

Perlu diketahui, nama ‘Bharat’ sendiri sebenarnya bukan sesuatu yang baru karena sudah tercantum di konstitusi. Jadi, pada konstitusi India terdapat dua rujukan penyebut nama negara, yakni India yang digunakan dalam bahasa Inggris dan Bharat yang diperuntukkan dalam bahas Hindi.

Ada juga ‘Hindustan’ untuk merujuk India dalam bahasa Urdu yang artinya “Tanah umat Hindu”. Di keseharian, ketiga nama tersebut dipakai secara resmi oleh masyarakat. Namun, secara global, India menjadi nama yang paling umum digunakan. (Zs/CNBC)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini