spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Kembali, Menilik Kinerja Grup Bakrie di Pasar Modal (II)

Saham Tak Bergerak

KNews.id- Sayang, kinerja positif yang ditorehkan perusahaan-perusahaan Grup Bakrie itu rupanya tidak mampu menggerakan harga saham masing-masing perusahaan. Harga saham BNBR, misalnya, masih di level Rp50 per saham atau harga terendah di Bursa Efek Indonesia.

Kondisi tersebut jelas tidak sejalan dengan klaim Anindya yang mengatakan bahwa kinerja positif BNBR menjadi kabar menggembirakan bagi investor. Terakhir kali harga saham BNBR keluar dari harga Rp50 per saham, yakni pada tanggal 2 September 2018.

Sama seperti BNBR, harga saham BMRS juga berada di kisaran Rp50 per saham, meski perusahaan berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi untung. Nasib yang sama juga kurang lebih terjadi pada ENRG. Per 9 Agustus 2019, harga sahamnya berada di angka Rp58 per saham.

- Advertisement -

Kinerja pergerakan saham BUMI juga sedang dalam tren menurun sepanjang tahun berjalan ini. BUMI sempat menembus angka Rp180 per saham atau tertinggi di tahun berjalan ini, namun setelah itu terus menurun ke level Rp103 per saham per 9 Agustus 2019.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menjelaskan pergerakan saham pada umumnya berbanding lurus dengan kinerja bisnis emiten. Jika kinerjanya positif, harga saham biasanya ikut terkerek.

Namun demikian, hal tersebut agak tidak berlaku bagi perusahaan-perusahaan Grup Bakrie. Di mata pelaku pasar modal, kinerja positif perusahaan Grup Bakrie pada semester pertama ini belum menjadi daya tarik yang cukup kuat.

“Saham-saham Grup Bakrie ini memang unik. Jika dilihat dari sisi industrinya, Grup Bakrie sebenarnya prospektif. Asetnya juga bagus. Hanya saja permasalahan mereka adalah dari sisi manajemennya,” tutur Alfred kepada KNews.id.

Persepsi pelaku pasar terhadap emiten-emiten Grup Bakrie memang tidak begitu baik dalam satu dekade terakhir ini. Walhasil, tidak sedikit emiten-emiten Grup Bakrie yang tidak likuid dan berada di harga terendah.

Ketidakpercayaan pelaku pasar terhadap Grup Bakrie ini tercermin, salah satunya, manakala muncul kabar China Investment Corporation (CIC)—salah satu kreditur BUMI—berencana memasukkan orang-orangnya ke dalam manajemen BUMI pada akhir 2016.

Gara-gara wacana tersebut, harga saham BUMI pelan-pelan merangkak naik dari sebelumnya berkutat di kisaran harga Rp50 per saham. Hal itu menandakan pelaku pasar seolah tidak percaya dengan manajemen dari Grup Bakrie dalam mengurus BUMI.

“Jadi saya tidak begitu heran jika bisnis Grup Bakrie membaik, tapi sahamnya tidak bergerak. Ini artinya, mereka belum menciptakan persepsi yang positif di mata pelaku pasar modal. Ini kelemahan mereka,” jelas Alfred. (Tim KNews.id)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini